Kemendikbud Dorong Peran Sekolah dalam Menumbuhkan Toleransi

- 4 Mei 2021, 09:06 WIB
Tangkapan layar seminar virtual soal menumbuhkan toleransi di lingkungan sekolah oleh Kemendikbud Ristek
Tangkapan layar seminar virtual soal menumbuhkan toleransi di lingkungan sekolah oleh Kemendikbud Ristek /humas Kemendikbud/

 

JURNAL SOREANG-  Upaya menyemai nilai-nilai toleransi kepada peserta didik senantiasa diperlukan, terutama di tengah pasang surut isu dan peristiwa intoleransi di tanah air. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Riset) melalui Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), menyelenggarakan Webinar Diskusi Kebijakan Tematik “Menyemai Toleransi di Bangku Sekolah” belum lama ini secara virtual. 

Plt. Kepala Puslitjak, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Kemendikbud, Irsyad Zamjani mengatakan,  belakangan ini masyarakat kita dihadapkan dengan beberapa isu dan kejadian yang sedikit mengusik nilai-nilai toleransi dan nilai-nilai keberagaman. 

“Kami di Kemendikbud secara khusus mendapatkan beberapa pertanyaan dari sebagian masyarakat terkait bagaimana peran pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman," katanya.

Baca Juga: Ingat, Ini lah 5 Prinsip Moderasi Beragama bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan

Kebijakan di Kemendikbud, yaitu agar bisa menjadikan pendidikan ini sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai luhur tersebut (toleransi). "Komitmen kementerian yang semakin kuat karena Mas Menteri sejak awal sudah merilis tentang tiga dosa besar yang tidak boleh terjadi di dunia pendidikan, yaitu perundungan, pelecehan seksual, dan intoleransi,”ujar Irsyad Zamjani.

Irsyad menambahkan bdi Kemendikbud sendiri ada profil Pelajar Pancasila yang salah satu tujuannya adalah penghargaan terhadap kebinekaan, baik kebinekaan di tingkat nasional maupun kebinekaan secara global. 

“Memang kalau kita melihat, meskipun secara umum mayoritas masyarakat kita itu sangat toleran, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keberagaman, tetapi masih ada beberapa komponen di dalam masyarakat yang masih perlu disadarkan atau perlu diperkuat kesadarannya,”tutur Irsyad Zamjani.

Baca Juga: DPR: Selamat Gus Yaqut, Moderasi Beragama Jadi Tantangan

Lebih lanjut, Irsyad mengungkapkan hilangnya semangat toleransi itu muncul karena tiga hal.Pertama, terkait agama yaitu pemahaman agama yang kurang pas atau terlalu tekstual sehingga menganggap apa yang tertulis dalam kitab suci itu harus secara serta merta diterapkan, padahal kitab suci itu butuh interpretasi dan butuh kepakaran tertentu. Ada prosedur-prosedur tertentu secara keagamaan yang harus dipenuhi agar bisa menghasilkan interpretasi yang sah. 

Kedua adalah keteladanan, tidak semua orang bisa membaca kitab suci atau memahami budaya secara serta merta, tetapi mereka mencontoh dari orang-orang yang dianggap memahami atau dianggap mempunyai otoritas untuk itu.

"Kalau orang-orang yang dianggap mempunyai otoritas itu mempunyai praktik keagamaan atau kebudayaan yang tidak pas, tentu saja dia memberikan keteladanan yang kurang baik bagi masyarakat yang lain. Jadi, keteladanan itu sangat penting, apalagi dalam masyarakat yang relatif cukup patriarkis," katanya.

Baca Juga: Puluhan Guru Besar Terjun Berikan Pelatihan Moderasi Beragama

Ketiga adalah lingkungan, lingkungan sosial budaya dan sosial politik, dari kebijakan, diskursus sosial yang berkembang di masyarakat, diskursus sosial yang berkembang di media sosial, itu juga sangat berpengaruh terhadap bagaimana orang berperilaku dan memahami sesuatu.

“Kita perlu ekosistem yang baik dan kuat agar pemahaman itu baik dan kita mendorong para pemegang otoritas itu bisa memberikan teladan sehingga lingkungan sosial politik dan lingkungan sosial budayanya bisa memiliki hal yang positif dalam menumbuhkan semangat nilai-nilai toleransi dan keberagaman,”ujar Irsyad.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah