Dikenal Sepanjang Masa, Ini dia 5 Tokoh-tokoh Penyair di Indonesia

21 Maret 2022, 11:44 WIB
Ilustrasi Tokoh-tokoh Penyair Indonesia /Suzy Hazelwood/ Pexels /

JURNAL SOREANG – Tanggal 21 Maret 2022 merupakan hari puisi sedunia yang merayakan salah satu bentuk ekspresi dan identitas budaya dan bahasa yang paling berharga bagi umat manusia.

Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia pun banyak tokoh-tokoh penyair yang terkenal dengan puisinya masing-masing, simak siapa saja tokohnya?

1. Chairil Anwar

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922 adalah penyair terkemuka Indonesia. Sering dijuluki sebagai ‘The Beast Bitch’ karena salah satu puisinya berjudul ‘Aku’ atau ‘roh’.

Baca Juga: Keren! Emtek Berhasil Mengantongi Hak Siar Piala Dunia Qatar 2022? Simak Penjelasannya!

Oleh HB Jassin, Anwar dikatakan sebagai pelopor puisi modern Angkatan 45 dan Indonesia.

Namanya mulai terkenal di dunia sastra setelah memuat tulisan di majalah Nisan tahun 1942 yang saat itu usia Chairil baru menginjak 20 tahun.

Selama hidupnya, ia telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi.

Semua tulisan itu diterbitkan dalam kompilasi Perpustakaan Rakyat dengan judul Raungan Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Ujungnya (1949), dan Tiga Mengungkap Nasib (1950; bersama Asrul Sani dan RIVAI Apin).

Baca Juga: Soal Anak! Mantan Istri Affiliator Binary Option DS: Alhamdulillah Belum Punya

2. Asrul Sani

Asrul Sani lahir di Rao, Sumatera Barat pada 10 Juni 1926, dia adalah seorang penulis dan sutradara film terkenal di Indonesia.

Ia dikenal sebagai salah satu perintis Angkatan 45, bersama Chairil Anwar.

Tiga antologi mengungkap nasib yang ditulisnya bersama Anwar dan RIVAI Apin membuat karier kepenyairannya menanjak.

Selain itu, mereka juga memproklamirkan manifestasi budaya mereka dengan sikap Credentials Arena, diaman itu memberi mereka nama di kalangan sastrawan.

Baca Juga: Sasar Peserta Didik Penyandang Disabilitas, Data Kependudukan Anak Jadi Perwujudan Masyarakat yang Inklusif

3. Sitor Situmorang

Sitor Situmorang lahir dengan nama Raja Usu dengan nama keluarga Situmoran dari Batak Toba.

Ia lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada 2 Oktober 1923. Sitor Situmorang dikenal sebagai jurnalis, penulis, dan penyair Indonesia.

Karir kepenyairannya bersinar setelah kematian Chairil Anwar. Ia memulai sebagai jurnalis untuk surat kabar harian dan National Voice Alert.

Karya-karyanya antara lain Surat Kertas Hijau (kumpulan puisi (1954), Jalan Mutiara (drama (1954), Dalam Sajak (kumpulan puisi (1955), Wajah Tanpa Nama (kumpulan puisi (1956), Rapar Anak Jalang (1955), Zaman baru (kumpulan puisi (1962), Pangeran (kumpulan cerpen (1963), Sastra Revolusioner (kumpulan esai (1965), Wall Time (kumpulan puisi (1976), dan lain-lain.

Baca Juga: Kim Hee Sun Merubah Penampilan untuk Drama Tomorrow? Begini Kata Sutradara

4. Abdul Hadi Wiji Muthari

Prof. Dr. Abdul Hadi Wiji Muthari atau lebih dikenal dengan nama Abdul Hadi, lahir di Sumenep pada 24 Juni 1946 adalah seorang sastrawan humanis, dan filosof Indonesia.

Ia dikenal karena karya-karyanya yang bercorak sufi dan penelitian-penetiannya dalam sastra bidang Melayu di Nusantara, serta pandangannya tentang Islam dan Pluralisme.

Para pengamat menyebut seni ini sebagai pencipta puisi sufi di tahun 70-an. Karena memiliki banyak kesepian, kematian, dan waktu. Karena itu, ia sering disamakan dengan teman-temannya, yakni Taufik Ismail, yang juga sering menulis puisi religi.

Karya karnya antara lain Akhirnya Kita Bertemu Lagi, Arjuna dalam Meditasi (bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Darmanto Yatman), Laut Belum Pos, Meditasi, Cermin, Tergantung Angin, Potret Panjang Seorang pengunjung Pantai Sanur, Anak Laut Anak Angin, Madura : Prabhang luar dan pembawa Matahari, dan lain-lain.

Baca Juga: Kim Hee Sun Merubah Penampilan untuk Drama Tomorrow? Begini Kata Sutradara

5. WS Rendra

Willibrord Surendra Broto Rendra atau lebih dikenal dengan nama WS Rendra lahir di Solo pada 7 November 1935 adalah seorang penulis besar Indonesia.

Sejak usia muda, ia telah memulai karir sastrawannya dengan banyak menulis puisi, drama dan esai sastra di banyak media massa.

Puisinya pertama kali diterbitkan pada tahun 1952 di majalah Strategy. Dari situ, puisi-puisinya terus dimuat di berbagai majalah saat itu seperti malajalah Story, Art, Base, Confrontation, dan New Strategy. Dan berlanjut pada dekade 60-an hingga 70-an.

Dari karya-karyanya tampak bahwa ia memiliki kepribadian dan kebebasannya sendiri. Karya-karyanya antara lain Ballada People Loving (kumpulan pantun, Blues untuk Bonnie, empat set pantun, Puisi Sepatu Tua, Untuk Ayah, Perjalanan Bu Aminah, Nyanyian Orang Ceroboh, Pamfleten van een Dichter, Pengembangan Citra dalam Puisi, Disebabkan Angin, Satu Rangkasbitung Person, Rendra : Puisi Balada dan Blues, Keadaan Darurat, dan Do'a Untuk Anak-Cucu.

Baca Juga: Bikin Melongo! Gigi Ruwanita Bongkar Barang Mewah yang Dibeli Oleh Doni Salmanan Semasa Menikah Dengannya

5. Sapardi Djoko Damono

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940 adalah seorang penyair Indonesia.

Akrab disapa SDD, dikenal lewat puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana dan romantis.

Beberapa puisinya sangat populer dan dikenal oleh banyak lapisan masyarakat, misalnya puisinya yang berjudul Aku Ingin, Hujan Di Bulan Juni, Dalam Satu Hari, Aku Danau, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi.

Karena popularitas pada puisi-puisi ini sebagian besar karya Sapardi dibuat musikalisasinya.***

Editor: Handri

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler