Kekayaan Bahari Nan Eksotik Torosiaje dan Kearifan Lokal Menjadi Daya Tarik Pariwisata

18 September 2023, 16:24 WIB
Kekayaan Bahari Nan Eksotik Torosiaje dan Kearifan Lokal Menjadi Daya Tarik Pariwisata /

JURNAL SOREANG - Keindahan alam Desa Torosiaje, yang menyuguhkan pemandangan yang mengagumkan. Laut biru terbentang luas dan pancaran cahaya emas mentari pagi di ufuk timur yang baru merangkak naik di kaki langit menerpa, melengkapi keindahan pagi di desa Torosiaje nan eksotik.

Ketika pagi menjelang penduduk Torosiaje memulai kesibukan mereka dengan berbagai aktivitas sehari-sehari. 

Penduduk Torosiaje didominasi oleh suku asli Bajau, bagian dari masyarakat Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. 

Baca Juga: Lantik 751 Jafung dan PPPK di Kota Bandung:Keahlian Mumpuni dan Dedikasi Membangun Prestasi yang Menginspirasi

Suku ini mayoritas adalah pelaut atau nelayan yang sudah akrab dengan alam bahari. Konon suku Bajau ini memiliki kemampuan secara batin untuk membaca tanda-tanda alam sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terkait cuaca alam. 

Selain itu, suku Bajau juga memiliki keahlian menyelam kedalam air dalam waktu yang lama tanpa menggunakan alat bantu layaknya seorang penyelam. 

Karena itulah nelayan suku Bajau terkenal secara tradisi sebagai nelayan ulung dalam hal mencari ikan.

Baca Juga: Sudah Tahu Belum DCS DPD Provinsi Banten? Cek Dulu Sebelum KPU Rilis DCT Caleg Pemilu 2024

Torosiaje yang terletak di daerah Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo ini, dapat dikunjungi oleh wisatawan dengan perjalanan selama tujuh jam dari pusat kota Gorontalo, dengan menggunakan jalur darat.

Dan selanjutnya untuk menuju ke kampung suku Bajau, dibutuhkan waktu 10 menit dengan menggunakan perahu dari Dermaga Torosiaje.

Perkampungan di desa torosiaje ini terkesan unik, karena berada di atas air atau terapung. Desa ini dicanangkan oleh Belanda pada tahun 1901, dimana pada saat itu baru terdapat empat buah rumah milik Suku Bajau, yang berada di perairan Torosiaje, sedangkan warga lainnya masih menempati rumah perahu di atas air dengan berpindah-pindah.

Bila dilihat dari masanya, sejak 1901, masyarakat suku Bajau ini telah cukup lama berinteraksi secara intens dengan masyarakat lainnya di Kabupaten Pohuwato, karena perkampungan kelompok suku pengembara laut ini berada diujung barat Provinsi Gorontalo yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah, dan berada lebih dekat dengan masyarakat dari Sulawesi Tengah. 

Baca Juga: Kota Bandung Raih Gelar Juara Kontes Domba Nasional: Prestasi Gemilang yang Menginspirasi Peternak Muda

Suku Bajau di Desa Torosiaje tercatat ada 1.489 jiwa dengan 441 Kepala keluarga (KK). Luas perkampungan Bajau ini sekitar 3000 meter persegi. 

Setiap rumah masing-masing terhubung dengan jembatan kayu selebar dua meter dan pada setiap jembatan diberi jalan. 

Uten Sairullah, Kepala Desa Torosiaje mengatakan, bahwa pekerjaan utama warga Suku Bajau adalah nelayan, dan beberapa diantara mereka adalah pembuat perahu dan tukang bangunan. Perahu adalah transportasi utama bagi suku yang tinggal di desa atas atas air itu.

Bagi Suku Bajau perahu adalah sarana penting untuk berbagai kegiatan. Salah satunya untuk kegiatan ritual adat Suku Bajau. 

Adat warisan leluhur yang masih kental di dalam adat istiadat Suku Baju ini masih terus dipertahankan dan dipelihara hingga sekarang, sebagai tradisi budaya yang wajib dipatuhi oleh generasi masyarakat Suku Bajau.

Pemerintah Kabupaten Pohuwato telah berperan lebih jauh dalam pengembangan perkampungan Suku Bajau di Torojiase. Dan untuk kemajuan Perkampungan ini telah dicanangkan pula berbagai program, seperti peningkatan ekonomi masyarakat pada sektor perikanan, dan fasilitas umum, seperti pembangunan sekolah, Pusat Kesehatan, Internet, (gratis) hingga pariwisata.

Baca Juga: Cari Tahu Dulu DCS Caleg DPD Kepulauan Riau di Pemilu 2024 Agar Tidak Asal Coblos, Cek Nama yang Dirilis KPU

Perkampungan Suku Bajau yang terapung itu telah diresmikan sebagai Desa Wisata Bahari pada tahun 2007, oleh pemerintah daerah. Ini dilakukan karena Desa Torosiaje dapat menarik minat para wisatawan dengan keindahan alamnya yang asri dan natural.

Ketika memasuki perkampungan ini wisatawan akan disuguhi pemandangan hijaunya hutan bakau dengan sensasi pengalaman berperahu tanpa kayu penyeimbang pada kiri dan kanan.

Bukan hanya dibuat kagum dengan pemandangan alamnya yang membuat mood lebih fresh dan rileks, wisatawan juga akan menikmati pemandangan dari aktivitas masyarakat yang berdagang di atas perahu, (pasar terapung) yang berkeliling menjajakan dagangannya, dan aktivitas tukang perahu dan lain-lain.

Di daerah wisata ini, wisatawan yang menginap juga akan merasakan sensasi menempati rumah terapung di atas laut, seperti halnya dalam film 'The Way Of Water' (Avatar II), Homestay, dan juga penginapan dengan tarif menginap dimulai dari Rp200 ribu hingga 300 ribu per-malamnya.

Sebuah perjalanan wisata yang tak akan terlupakan dengan kesan penduduk yang ramah dan familiar, sebagai adat istiadat menjadi sifat dan ciri khas dari semua masyarakat suku yang ada di Provinsi Gorontalo, juga dengan kearifan lokal Suku yang unik.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler