Bentuk Keikhlasan Terhadap Keluarga yang Sudah Tiada, Orang Bali Selalu Menggelar Upacara Tradisi Ngaben

9 November 2021, 16:44 WIB
Prosesi Upacara Ngaben yang masih menjadi tradisi warga bali sebagai bentuk keilhlasan keluarga terhadap yang sudah tiada /Mega Ramadhani Wiguna/Instagram @siberinfo

JURNAL SOREANG – Upacara Ngaben Merupakan prosesi pembakaran mayat atau kremasi bagi penganut Hindu Bali, Ritual pembakaran mayat tersebut, ditunjukan sebagai simbol menyucikan roh orang yang telah meninggal.

Upacara Ngaben masih dilakukan secara turun menurun sampai dengan saat ini. Upacara ini bahkan dikenal oleh orang-orang diluar Pulau Bali. Ngaben ini cukup unik karena berbeda perlakuan jenazah pada umumnya.

Upacara Ngaben membawa jenazahnya keperistirahatan terakhirnya dengan melakukan prosesi pembakaran serta menggunakakn iring-iringan yang ramai dan upacara yang megah.

Baca Juga: Jangan Salah! Ini Perbedaan Anime Jepang dengan Kartun, Serupa Tapi Tak Sama, Berikut Penjelasannya

Sedangkan pada umumnya, jenazah orang meninggal langsung dikuburkan. Secara harfiah, ada tiga pendapat arti dari kata ngaben.

Ada yang percaya ngaben berasal dari kaya beya yang artinya bekal, Kemudian ada yang mengartikan dari kata ngabu atau menjadi abu.

Ada pula yang berpendapat ngaben berarti penyucian menggunakan api, menurut keyakinan agam Hindu.

Prosesi ini termaksuk kedalam Pitra Yadnya, atau upacara yang ditunjukan untuk penghormatan roh leluhur.

Baca Juga: Setelah Kalah dan Diberi Hukuman Tercetuslah Sebuah Keisengan Dari Tim Evanny Untuk Tim Sitta INTM Cycle 2

Pada upacara ini tidak akan menemukan isak tangis keluarga ataupun para sahabat, karena keyakinan mereka isak tangis dapat menghambat perjalanan arwah menuju ke alam baka.

Upacara ngaben memiliki rangkaian-rangkain prosesi yang harus dilewati sebelum ke pokok utamanya yakni pembakaran jenazah. Berikut rangkaian-rangkaian prosesi ngaben :

1. Ngulapin
Upacara ini dilakukan apabila seseorang meninggal diluar rumah, seperti di rumah sakit dengan maksud memanggil sang atma.

2. Nyiramin atau Ngemandusin
Upacara ini biasa dilakukan di rumah.pada proses ini biasanya ditandai dengan simbol-simbol seperti bunga melati dilubang hidung atau daun intaran di alis serta perlengkapan lainnya.

Baca Juga: Menyambut Hari Pahlawan 2021,PT KAI Bagi 11 Ribu Tiket Gratis, Ini Syaratnya

3. Ngajum Kajang
Selembar kertas putih akan ditulis oleh tetua adat setempat yang akan kemudian ditekan oleh keluarga tiga kali, dengan maksud agar memantapkan hati keluarga yang ditinggal.

4. Ngaskara
Upacara ini memliki makna menyucikan roh yang telah meninggal, dengan tujuan roh agar dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa dan menjadi pembimbing bagi mereka yang masih di dunia.

5. Memeras
Upacara ini dilakukan apabila yang meninggal telah memiliki cucu. Hal ini dikarenakan sang cucu lah yang akan menuntun mendiang melalui doa-doa.

6. Papegatan
Upacara ini bermaksud untuk memutuskan urusan duniawi dan keluarganya. Agar perjalanan roh tidak terhambat menuju ketempatnya. Dengan ini berarti pihak keluarga sudah ikhlas melepas kepergian mendiang.

Baca Juga: Kuliner Khas Madura, Tajin Sobih Bubur yang Bercita Rasa Manis dan Gurih

7. Pakiramn Ngutang
Upacara ini adalah membawa jenazah menuju pekuburan setempat dengan menggunakan bade atau menara pengusung jenazah.

Prosesi ini di iringi dengan suara baleganjur ataupun angklung. Pada saat perjalanan, jenazah akan diputar tiga kali melawan jarum jam dengan maksud mengembalikan Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing.

8. Ngeseng
Upacara pembakaran Jenazah yang telah dibaringkan di tempat yang telah disediakan disertai sesaji dan banten.

Kemudian diperciki oleh Pendeta dengan Tirta pangentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra. Barulah jenazah dibakar hingga hangus. 

Baca Juga: Permendikbudristek Soal Pencegahan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi Banyak Disorot, Ini Masalahnya

tulang-tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.

9. Ngayud
proses penghayutan abus di Sungai atau Laut yang memiliki makna sebagai pengkhayut segala kekotoran yang masih tertinggal pada roh mendiang.

10. Makelud, ni merupakan rangkaian terakhir dari 9 rangkain proses upacara ngaben diatas. Upacara Makelud ini dilaksanakan selama 12 hari setelah prosesi pembakaran jenazah.

Makelud adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang dialami keluarga setelah ditinggalkan.

Baca Juga: Saatnya Berlibur! Meski Masih Masa Pandemi Covid 19, Berikut Tempat Wisata di Bali yang Sudah Dibuka

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang harus dilestarikan salah satunya Upacara Ngaben ini. Sebagai generasi muda kita mempunyai kewajiban untuk tetap terus melestarikan tradisi-tradisi budaya Indonesia.***

Editor: Rustandi

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler