Sehingga ada beberapa kesempatan pemain Kirgistan untuk menyerang pertahanan Indonesia. Indonesia yang menguasai bola sebesar 64 persen juga memperlihatkan pola bertahan dari Kirgistan.
Pola bertahan dengan formasi 5-4-1 diamond itu digunakan Kirgistan dengan gelandang kiri dan kanan sebagai bek sayap, satu gelandang tengah menjadi gelandang tengah, dan satu penyerang menjadi gelandang serang.
Baca Juga: 3 Ide kerja Freelance Hasilkan Belasan Juta, Kerja dari Rumah, Tinggal Ngetik Saja! Begini Caranya!
Dengan begitu, serangan dari lini tengah dapat diantisipasi oleh Kirgistan mengingat pemain Indonesia yang ditengah tidak banyak.
Setelah menggantikan Titan Agung dengan Dony Pamungkas, Egy Maulana Vikri dijadikan penyerang tengah serta Dony Pamungkas dan Ramai Rumakiek bertukar posisi sayap kanan ke kiri dan sebaliknya.
Egy diplot sebagai false nine juga membantu gelandang tengah agar tidak kalah jumlah dari pemain Kirgistan. Tak hanya itu, Egy juga memancing pemain bertahan Kirgistan untuk menjaganya. Tujuannya agar ada celah di pertahanan Kirgistan.
Strategi coach Indra Sjafri yang menggunakan Egy Maulana Vikri membuahkan hasil. Muhammad Taufany yang memberikan umpan ke Ramai Rumakiek sukses membuat Indonesia unggul 1-0. Ditambah masuknya Hugo Samir yang menggantikan Egy Maulana Vikri, membuat Indonesia leluasa menyerang Kirgistan. Melalui kesalahan bertahan Kirgistan di penghujung laga, Hugo Samir tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencetak gol di menit ke-90+2.
Baca Juga: Setelah 10 Tahun Saling Bungkam Presiden Turki Dan PM Israel Akan Bertemu di New York
Menurut Tommy Desky yang pernah diwawancarai suatu media menyebut Hugo Samir punya kemampuan akselerasi dan skill individu yang bagus.