Tragedi Kanjuruhan, Le Monde : Kekerasan Penggemar Adalah Masalah di Indonesia

- 2 Oktober 2022, 13:52 WIB
Tragedi Kanjuruhan menjadi perhatian dunia, Le Monde (Prancis) berkomentar : kekerasan penggemar adalah masalah di Indonesia
Tragedi Kanjuruhan menjadi perhatian dunia, Le Monde (Prancis) berkomentar : kekerasan penggemar adalah masalah di Indonesia /Instagram

 

 

JURNAL SOREANG – Media terkemuka Prancis Le Monde berkomentar, kekerasan penggemar adalah masalah di Indonesia, menyusul tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan sedikitnya 182 orang (update terkini).

 

Selain menyatakan kekerasan penggemar adalah masalah di Indonesia, Le Monde juga berkomentar, persaingan lama telah berubah menjadi bentrokan mematikan, bukan hanya antara Aremania dengan Bonek tapi juga antara pendukung Persib dan Persija.

 

Menurut Le Monde, kondisi sepakbola di Indonesia sudah begitu menegangkan sehingga pemain dari tim papan atas harus pergi ke stadion dengan perlindungan yang ketat.

Baca Juga: Bukan Gas Air Mata? Kapolda Jatim dan Menko Polhukam Ungkap Hal Inilah yang Sebabkan Kerusuhan di Kanjuruhan 

Terkait tragedi di Kanjuruhan, Le Monde menulis, suporter yang marah membanjiri lapangan pada Sabtu malam setelah pertandingan di Malang, Jawa Timur. Polisi menembakkan gas air mata sebagai balasannya, sehingga menimbulkan kepanikan.

 

Drama itu terungkap setelah pertandingan di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, Indonesia. Fans tim Arema FC memasuki lapangan setelah timnya kalah (3-2) dari Persebaya Surabaya, di Liga Primer Indonesia. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari dua puluh tahun Arema FC kalah dari rival besar mereka. Beberapa perkelahian antara penggemar kedua tim kemudian dilaporkan di dalam stadion.

 

Polisi, yang menyebut peristiwa itu sebagai "kerusuhan", mencoba membujuk para pendukung untuk kembali ke tribun dan menembakkan gas air mata setelah dua petugas tewas. Banyak korban yang terinjak-injak hingga tewas.

Baca Juga: Terungkap Penyebab Banyak Korban Jiwa Tragedi Kanjuruhan Usai Arema FC vs Persebaya, Begini Kata Kapolda Jatim 

“Dalam insiden itu, 129 orang meninggal [jumlah korban tewas kemudian dinilai kembali, dua di antaranya adalah petugas polisi. Tiga puluh empat orang meninggal di dalam stadion dan yang lainnya meninggal di rumah sakit,” kata Kapolda Jatim Nico Afinta.

 

“Pada satu titik, mereka menuju pintu keluar. Tapi ada penumpukan dan dalam proses penumpukan itu, [orang] terengah-engah, kekurangan oksigen,” jelasnya.

 

Lebih dari 300 yang terluka dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan atau selama perawatan, kata Afinta.

Baca Juga: 4 Sanski yang Bisa Dijatuhkan FIFA Akibat Insiden Maut Kanjuruhan, No 3 Tuan Rumah Piala Dunia U20 Dicabut 

Rekaman dalam stadion menunjukkan sejumlah besar gas air mata dan orang-orang berpegangan pada penghalang, mencoba melarikan diri. Yang lain membawa orang-orang yang terluka, menerobos kekacauan. Di dekat stadion, kendaraan hangus, termasuk truk polisi, berserakan di jalan-jalan.

 

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya menangguhkan semua pertandingan yang dijadwalkan pekan ini. “Kami mohon maaf dan kami mohon maaf kepada keluarga korban dan semua pihak atas kejadian ini,” kata Ketum PSSI Mochamad Iriawan.

Dia melarang Arema FC menjadi tuan rumah pertandingan kandang selama sisa musim ini dan mengatakan dia akan mengirim tim penyelidik ke Malang untuk menentukan penyebab kecelakaan itu.

Baca Juga: Tak Hanya Batal Lawan Persija di Liga 1, Persib Terancam Batal di AFC Cup 

Le Monde membandingkan tragedi Kanjuruhan dengan tragedi lainnya di dunia, seperti Heysel dan Sheffield.

 

Dari drama Heysel, di Belgia (39 kematian pada 1985), hingga drama Sheffield, di Inggris (97 kematian pada 1989), sejarah sepak bola dunia diwarnai dengan tragedi akibat perkelahian antar suporter dan gerakan panik.

 

Salah satu yang paling mematikan terjadi pada tahun 2001 di sebuah stadion di Accra, Ghana, di mana sebuah penyerbuan menyebabkan 127 orang tewas. Di sana juga, polisi menembakkan gas air mata ke para pendukung yang marah, sehingga menimbulkan kepanikan. ***

Baca Juga: Ratusan Korban Kanjuruhan Berjatuhan Efek Gas Air Mata, Benarkah Kandungan Didalamnya Bisa Mematikan?

Editor: Drs Tri Jauhari

Sumber: Le Monde


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah