Sebelum meledaknya korban di Kanjuruhan kemarin, terakhir korban superter tewas terjadi dalam pertandingan Persib Bandung lawan Persebaya Surabaya, Juni 2022 lalu.
Dalam rangka menyaksikan pertandingan Piala Presiden kala itu, 2 orang bobotoh juga tewas karena terinjak-injak saat memasuki gerbang Stadion.
Menurut data dari Save Our Soccer (SOS), tragedi di Stadion GBLA kemarin adalah ke-77 dan 78 dalam pertandingan di sepakbola Indonesia, terhitung sejak bergulirnya Liga Indonesia edisi pertama tahun 1994/1995.
"Ini peristiwa yang sangat pahit buat sepakbola Indonesia karena sejatinya sepakbola itu hiburan bukan kuburan, tapi karena kurang sigapnya panitia pelaksana dalam menjalankan SOP pertandingan akhirnya harus ada korban jiwa di Piala Presiden," ujar Akmal Marhali, koordinator SOS dalam wawancara di Youtube Cocomeo Channel pasca insiden di Stadion Gelora Bandung Lautan Api tersebut.
Adapun Akmal menyebut bahwa suporter pertama yang dilaporkan meninggal dunia adalah bernama Suhermansah yang merupakan suporter Bonek saat menyaksikan laga PSIM vs Persebaya di Stadion Mandala Krida pada 28 Januari 1995.
Korban saat itu mengalami penderitaan yang sama dengan yang terjadi di GBLA, yaitu terinjak-injak saat berusaha memasuki pintu stadion.
"Ini merupakan problem terbesar sepakbola kita di mana stadion di negara kita tidak punya kapasitas untuk menjalankan aturan atau regulasi FIFA Safety and Security," lanjut Akmal.
Dalam regulasi Safety and Security FIFA, seharusnya stadion penyelenggara pertandingan menjaga keamanan dan kenyamanan bagi para suporter.