Kisruh Liga Super Eropa, Pengamat Sepakbola Indonesia: UEFA dan FIFA Lagi Kebakaran Jenggot

- 20 April 2021, 14:26 WIB
 Kelompok suporter dari keenam klub secara terbuka mengutuk rencana  dan sangat menentang Liga Super Eropa.
Kelompok suporter dari keenam klub secara terbuka mengutuk rencana dan sangat menentang Liga Super Eropa. /the sun

JURNAL SOREANG – Kisruh European Super League (Liga Super Eropa) masih santer terdengar di kalangan pecinta sepak bola. Salah satu pengamat sepak bola Indonesia, Justinus Lhaksana mengatakan bahwa saat ini, UEFA dan FIFA sedang panik.

Diketahui, sejauh ini ada 12 klub yang mengklaim sebagai penggagas Liga Super Eropa. Ke-12 klub tersebut adalah Atletico Madrid, Barcelona, Real Madrid, Milan, Arsenal, Chelsea, Inter, Juventus, Liverpool, Manchester City dan Manchester United.

 Justinus Lhaksana (Coach Justin) menyatakan, keputusan yang diambil oleh 12 klub tersebut untuk mengadakan Super League, itu sangat logis.“Liga Inggris, kehilangan 6 klub ya siapa yang mau nonton? Siapa yang mau beli hak siarnya? Pasti turun, dan makanya mereka kebakaran jenggot,” kata Coach Justin, seperti dikutip Jurnal Soreang dari kanal Youtube Justinus Lhaksana.

Justin berkata bahwa FIFA dan UEFA saat ini berusaha mendapatkan kembali, para pemain maupun klub yang ‘ngotot’ ingin menggelar Liga Super Eropa. Disebabkan ke-12 klub yang ada, khususnya enam tim di Liga Inggris itu adalah sumber uang bagi federasi (ladang duit).

“Ini sekarang FIFA sama UEFA berusaha dapatkan kembali, melarang pemain (yang ikut ESL) buat membela timnas. Sekarang banyangin FIFA atau Piala Dunia. Kalau nggak ada Messi, nggak ada pemain-pemain bintang yang main di 12 klub itu, yang nonton siapa?,” ucap Justin.

Baca Juga: Dianggap Menandingi Liga Champions, Presiden UEFA Ancam Pemain yang Mengikuti Liga Super Eropa

Baca Juga: Protokol Kesehatan Piala Menpora 2021 Dinilai Baik, Menpora Optimis Kepolisian Memberi Izin Liga 1 dan Liga 2

Umur para pemain sepak bola, menurut Justin itu sangat pendek. Di kisaran 30-35 tahun saja, kemungkinan untuk pensiunnya sangat tinggi. Uang dan gaji yang menjanjikan di Liga Super Eropa, bisa dimanfaatkan oleh pemain-pemain tersebut, terutama jelang pensiun.

“Saat ini yang ikut kan 12. Munchen sok-sokan nggak mau ikut. Pasti akan gabung kok, nanti apa yang terjadi? Feeling gue ada 16-18 tim, bahkan ada kasta keduanya,” ujar Justin.

Menurut Justin, Liga Super Eropa ini adalah bentuk protes dari klub-klub ‘besar’, karena penghasilan yang mereka dapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang ada.

Baca Juga: UEFA Tolak Keras Rencana Liga Super Eropa, Bos Real Madrid: Niat Kita Untuk Membantu

Baca Juga: Tersingkir dari Liga Champions, Hansi Flick Umumkan Akan Hengkang Lebih Cepat dari Bayern Muenchen

“UEFA sama FIFA itu terlalu arogan. Lu lihat, berapa orang yang sudah dibui, berapa duit yang sudah mereka keruk. Memang betul, bahwa ini (ESL) adalah masalah duit. Tapi zaman sekarang, lu nggak bisa abaikan. Gue lihatnya ini sebagai bentuk protes terhadap kearogansian FA, FIFA, dan UEFA,” katanya.

Lebih jauh, Justin berkata bahwa saat ini sedang ada perbudakan terhadap pemain di sepak bola, yang dilakukan oleh FIFA maupun UEFA.“Kalau diliat jadwalnya dari awal, itu udah kayak robot. Semua tim mengalami pemain yang cedera, dan akhirnya kualitas menurun. Sekarang lu lihat di Super League. Nggak ada league cup, nggak ada FA Cup, Nggak ada timnas. Lu cuma latihan, main seminggu sekali sehingga pemain pasti lebih fit. Sekarang, sudah kaya perbudakan,” ucapnya.

Menutup pernyataannya, Coach Justin juga berkata sebuah kebohongan besar, jika sampai fans dari klub yang mengikuti Super League langsung meninggalkan klub kesayangannya dan berhenti mendukungnya begitu saja.“Bohong besar itu. Mereka (fans) pasti akan datang, dan yang bikin Super League ini orang-orang pintar semua,” tutupnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x