Sepak Terjang 'Si Tangan Tuhan'

Sam
- 26 November 2020, 14:53 WIB
Ilustrasi : Gambar mural gol 'Si Tangan Tuhan
Ilustrasi : Gambar mural gol 'Si Tangan Tuhan /antara/antaranews.com

JURNAL SOREANG - Sepak bola dunia kini kembali berduka, salah satu legenda yang sohor dengan julukan 'Si Tangan Tuhan' Diego Maradona, telah berpulang, tepat diusianya ke 60 tahun.

Tentunya, hal ini menjadi perhatian dunia saat ini, semua sepak terjangnya di dunia sepak bola selalu menjadi sorotan utama di media-media dunia.

Bahkan dikabarkan, negara asalnya Argentina, mengumandangkan hari duka nasional selama 3 hari berturt-turut.

Baca Juga: Warga Cibiru Hilir Sedikit Bernapas Lega, Berharap Pos Pantau Dan Rumah Pompa Dapat Atasi Banjir

Adapun sepak terjangnya terkait julukan Si Tangan Tuhan itu sendiri berawal dari kiprahnya di Piala Dunia tahun 1986 di Meksiko.

Berikut sedikit ulasannya yang berhasil dihimpun dan dikutip Jurnal Soreang dari kantor berita Antara.

22 Juni 1986 menjadi hari yang paling bersejarah bagi dunia sepakbola atas pembaptisan gol Tangan Tuhan sekaligus menjadi hari yang paling dibenci bahkan sangat membekas bagi masyarakat Inggris.

Baca Juga: Usaha Travel Umrah dan Haji Khusus Masuk Risiko Tinggi Hingga Pengawasan Diperketat

Kala itu 22 Juni 1986 Argentina bertemu Inggris di perempatfinal Piala Dunia Meksiko. Tensi pertandingan berjalan panas sebab kedua kesebelasan ingin sama-sama menahbiskan diri sebagai tim terbaik kala itu.

Paruh pertama berjalan skor imbang tanpa gol tetap bertahan. Namun Maradona kemudian tampil seolah memberi sabda pada dunia untuk dikenang hingga hari ini.

Tepatnya pada menit ke-51, Maradona coba melakukan penetrasi dari sisi kiri. Ia lalu mengirim umpan ke arah Jorge Valdano dan kemudian bergerak maju memasuki kotak penalti.

Baca Juga: Denda Rp 10 Miliar di Omnibus Law Bisa Langsung Matikan Travel Haji dan Umrah

Valdano gagal mendapat bola karena Steve Hodge sukses memotong aliran bola itu. Namun upaya Hodge membuang bola justru malah membuat bola mengarah ke mulut gawang.

Maradona ada di tempat yang tepat. Namun, Peter Shilton yang berpostur hampir 20 cm lebih tinggi dari Maradona tentu punya keunggulan, termasuk menggunakan tangannya.

Tetapi dalam momen yang cepat itu, Maradona sukses mengantar bola masuk ke dalam gawang. Maradona langsung bersorak dan berlari ke pinggir lapangan, diikuti rekan-rekannya yang lain.

Baca Juga: Hebat, 57 Artikel Mahasiswa Kampus Islam Ini Berhasil Registrasi Konferensi Internasional

Para pemain Inggris langsung berlarian memprotes keras gol tersebut, namun wasit Ali Bin Naser teguh terhadap keputusannya mengesahkan gol Maradona.

"Sebagian karena kepala Maradona dan sisanya dibantu tangan Tuhan," kata Maradona mengomentari golnya itu.

Gol kontroversial tersebut kemudian tajuk utama koran-koran saat itu bahkan popularitasnya tetap terjaga hingga hari ini. Gol tersebut juga menjadi kejadian paling ikonik yang dikenang dari Piala Dunia 1986 ketimbang gelar juara yang diraih Argentina.

Baca Juga: Doa Ini Diucapkan Rasulullah untuk Mohon Rezeki

Gol Tangan Tuhan itu pula yang membuka jalan Argentina sebagai kampiun Piala Dunia 1986 setelah di final mengalahkan Jerman Barat dengan kedudukan akhir 3-2.

Saat gol tangan Tuhan tercipta dan menjadi arsitek kemenangan di final, sebagian penduduk di Argentina kemudian menasbihkan Maradona sebagai Tuhan.

Singkat cerita, seiring waktu dan kepopulerannya, kehidupan Maradona pun berimbas drastis sehingga menggiringnya ke dunia esek-esek dan obat-obatan terlarang seperti kokain dan alkohol.

Baca Juga: Ini Pengalaman Umrah Awal November. Hanya Nangis Bisa Lihat Ka'bah dari Jendela Hotel

Dari kebiasaanya itulah, Maradona kerap dihampiri sejumlah penyakit, mulai dari jantung hingga pembekuan darah di otak, yang mengharuskannya berobat.

Yang pada akhirnya ia memutuskan pensiun dari dunia sepak bola di tahun 1997.

Bahkan dia pernah dirawat di rumah sakit dan hampir meninggal pada tahun 2000 dan 2004 karena masalah jantung.

Baca Juga: Lima Cara Minum Kopi Kekinian agar Jadi Sehat dan Segar

Kemudian, 3 November 2020, ia harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi darurat untuk hematoma subdural, yakni pembekuan darah dalam otak.

Setelah dinyatakan sembuh dari operasi subdural hematoma, Maradona dikabarkan tinggal di sebuah rumah di Tigre, Buenos Aires.

Namun tak lama berselang, Sang Legenda meninggal dunia pada usia 60 tahun.

Baca Juga: ITS Juara Umum Kontes Robot Indonesia 2020. Robot juga Bisa Menari

Peta hidup Maradona memang menjadi inspirasi bagi sebagian orang, terlepas dari sifat kontroversialnya. Namun nyatanya bahwa hari ini dunia sepakat menggaungkan bahwa si pemilik Tangan Tuhan telah wafat.***

Editor: Sam


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah