Mengutip media, pada seminar perhitungan astronomi terkait 1 Ramadan yang digelar menjelang sidang isbat, anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya menjelaskan, posisi hilal di Indonesia masih rendah.
Yakni, dengan ketinggian kurang satu derajat dari standar visibilitas. Menurut Cecep, standar 2 derajat saja mustahil, karena itu hilal belum bisa diamati.
Sementara itu, anggota Departemen Pendidikan Keagamaan, dan Dakwah (PKD) DPP LDII yang saat itu hadir di Kemenag, Wilnan Fatahillah juga mengatakan, dari ketinggian derajat hilal di Indonesia belum memenuhi syarat, berdasarkan pengamatan LDII di 73 titik.
“Karena itulah, Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Dari rukyatul hilal yang dianut, metode hisab dan rukyat tidak bisa dilakukan terpisah,” kata Wilnan.
LDII ikut andil mengamati hilal pada 73 titik di berbagai daerah setelah sebelumnya, DPP LDII tiga kali menggelar pelatihan rukyatul hilal.
Selain melaksanakan simulasi pengamatan, pelatihan itu mengedepankan pemahaman ilmu falakiyah secara fundamental.
Baca Juga: Maraknya Medsos, LDII Jabar Ajak Generasi Muda Manfaatkan Media Sosial sebagai Lahan Dakwah
Menurut Pahala Sibuea, anggota Departemen Litbang, Iptek, Sumber Daya Alam (LISDAL) DPP LDII, hisab rukyat adalah metode perhitungan dan pengamatan hilal untuk menjadi data ketinggian derajat bulan dan waktu perhitungan ufuk,