Ahli Konservasi Rheza Maulana Buka Suara Soal Satwa Liar Dipelihara, Rheza: Kalian di Brainwash

- 27 Juli 2023, 17:09 WIB
Ilustrasi satwa liar./rekoforest
Ilustrasi satwa liar./rekoforest /

JURNAL SOREANG – Ahli konservasi dan influencer Rheza Maulana buka suara pasca viralnya kematian harimau peliharaan Alshad Ahmad. Dirinya buka suara terkait memelihara satwa liar di rumah dan selalu berseliweran di sosial media. Dirinya mengungkap bahwa apabila populasi satwa liar yang terancam punah dipelihara di rumah bisa timbul di habitat aslinya punah. Dari pernyataan ini terlihat jelas bahwa bisa menimbulkan ketimpangan lingkungan termasuk satwa liar. Lanjutnya lagi yang harus diperbaiki adalah hutannya karena semakin sempitnya hutan itu adalah ancaman.

Dirinya juga mengatakan bahwa negara Indonesia sedang mempunyai target “FOLU NET SINK 2030”. Target ini sebagai sadar adanya pemanasan global yang terjadi akibat emisi karbon. Emisi karbon ini perlu diatasi dengan salah satunya pembukaan hutan. Dengan adanya pohon – pohon ini mampu menyerap emisi karbon agar dapat mengurangi intensitas pemanasan global. Bahkan melalui instastorynya, video edukasinya tersebut terlihat dihapus oleh tiktok dengan ungkapan kecewa dan menganggap tiktok hanya menerima video eksploitasi hewan bukan edukasi satwa.

“Jadi tiktok mengizinkan penyebaran video eksploitasi satwa liar, tetapi mereka menghapus video edukasi saya seputar konservasi. Saya minta maaf kepada kalian, tetapi kalian harus sadar. Kalian sudah dicuci otak untuk mendukung hal yang salah” tulisnya.

Bahkan dia juga menghimbau dan menunjukkan bahwa hal – hal yang dilakukan influencer yang dengan dalih pemeliharaan dan semacamnya adalah salah bahkan sudah di cuci otaknya atau brainwashed secara tidak langsung. Lalu, di instastory terakhirnya dia mengunggah artikel resmi dari smaccoalition. Dilansir dari laman tersebut mengungkap bahwa hewan-hewan dalam unggahan sosial medai ini menderita, karena mereka diperlakukan seperti objek, dimanipulasi melalui kamera dan hidup dalam kondisi yang tidak wajar. Namun, video dan gambar ini digambarkan sebagai "imut" dan lucu. Yang mengkhawatirkan, mereka juga mempromosikan pemeliharaan hewan-hewan liar ini, yang berarti lebih banyak orang cenderung membelinya sebagai hewan peliharaan hingga tanpa memikirkan nasib hewan tersebut.

Baca Juga: Kameramen TV Swasta Dianiaya Saat Meliput Keributan Dalam Acara Parpol di Tanah Abang Jakpus: Ada Intimidasi

Banyak spesies terancam punah di alam liar, yang berarti spesies mereka bisa berada di bawah ancaman lebih lanjut karena popularitas mereka sebagai hewan peliharaan meningkat. Banyak video menunjukkan hewan sengaja disiksa oleh pemiliknya, yang dibagikan di antara orang-orang yang ingin menonton kekejaman ini, atau mencelanya. Platform media sosial gagal menghapus konten ini meskipun melanggar kebijakan mereka, bahkan ketika dilaporkan kepada mereka. Inilah hasil yang ditemukan melalui sosial media yang dikaji oleh SMACC.

1. 840 posting media sosial yang menunjukkan setidaknya 97 spesies berbeda

2. Hingga 65% dari hewan yang digambarkan adalah spesies yang terancam punah seperti kera ekor panjang dan harimau, dan beberapa bahkan terancam punah seperti orangutan.

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: instagram @rhezmaul smaccoalition.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x