Oleh sebab itu, Kepala Negara berharap tidak ada lagi ujaran kebencian, berita bohong, dan fitnah dalam gelaran pemilu, terutama di platform media sosial.
Menurutnya, hal-hal tersebut kerap terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya.
"Saya ini kalau baca medsos itu kadang-kadang geleng-geleng, _'Kok nggih koyok ngeten, sami-sami sederek, sami-sami sedulur',_ (Kok ya seperti ini, sama-sama saudara) _Nggih mboten?_ (Ya, enggak?) Apalagi atas nama agama, ini tidak boleh terjadi," tegasnya.
Lebih jauh, Presiden Jokowi mengatakan bahwa perbedaan pilihan itu adalah hal yang wajar dalam demokrasi.
Oleh sebab itu, Presiden mengimbau agar perbedaan pilihan tidak menjadikan rakyat saling bertengkar dan saling menjelekkan hingga berkepanjangan.
"Kita ini satu saudara, sebangsa dan setanah air Indonesia, _ampun kesupen_ (jangan lupa). _Nggih mboten?_ (Ya enggak?) Dan setelah berkompetisi, setelah pemilu itu bersatu kembali sebagai sebuah bangsa yang besar," tandasnya.
Baca Juga: Diantar Para Sesepuh dan Kyai Pondok Pesantren se-Kabupaten Bandung, PKB Daftarkan 55 Bacaleg ke KPU
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.***