Lesbumi NU Harlah 63 Tahun, Pentingnya Tingkatkan Peran Budaya Atasi Masalah Dunia

- 24 Juni 2023, 18:36 WIB
Lesbumi NU Harlah 63 Tahun.
Lesbumi NU Harlah 63 Tahun. /Ragil Dwisetya Utami/Jurna Soreang/

 

JURNAL SOREANG – Budaya merupakan inti dari kehidupan, dan jiwa bagi suatu bangsa. Budaya memiliki kemampuan besar untuk menanggapi berbagai isu global seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, pandemi, kemiskinan dan ketidakadilan, hingga krisis pangan dan sumber air. Namun, budaya tidak akan memiliki makna apapun dan tidak akan bergerak ke depan jika hanya berada di level konseptual dan pemikiran. Oleh karena itu, budaya harus diimplementasikan dalam tindakan nyata agar dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam pidato nasional yang disampaikan pada malam puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-63 Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) yang diadakan di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023).

"Pemikiran-pemikiran mengenai kebudayaan tidak akan memberikan hasil apapun tanpa penggabungan ekonomi dan politik. Ketika kita mempertimbangkan budaya, kita harus mengembangkan pandangan yang menyeluruh tentang ekonomi dan politik. Jika tidak, kebudayaan tidak akan efektif dan hanya akan menjadi bagian dari industri kesenian yang dikendalikan oleh tujuan ekonomi. Kita harus menghindari berpikir tentang budaya secara terlalu sederhana," kata Gus Yahya.

Dalam pidatonya, Gus Yahya menekankan pentingnya mempertahankan warisan seni-budaya dari generasi sebelumnya. Hal ini diperlukan untuk menjaga nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam tradisi tersebut agar tetap lestari dan berkelanjutan. Gus Yahya mengungkapkan bahwa setiap pembaharuan di berbagai bidang haruslah menghargai kontinuitas dari tradisi yang ditinggalkan oleh para pendahulu. Tidak boleh ada pemusnahan tradisi lama dan penggantinya dengan tradisi yang baru secara tiba-tiba. Tindakan semacam itu hanya akan menyebabkan kekacauan. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran dan penghormatan terhadap warisan atau tradisi lama yang harus terus dipertahankan.

Baca Juga: Kepala Adat Sangaji Bicoli Menolak Pelaksanaan Konservasi yang Dilakukan WCS di Kawasan Perairan

Dengan tema "Menemukan Pilar Kebudayaan di Tengah Dinamika Ideologi", perayaan Harlah ke-63 Lesbumi NU dibuka oleh Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula.

"Saat lahir, kita memiliki empat saudara kandung yang membentuk satu pilar dalam rahim ibu, dengan air ketuban, darah, dan tali pusar sebagai bagian dari proses alami. Keempat saudara ini bersama-sama membentuk satu pilar yang kuat, yang mendefinisikan keseluruhan kemanusiaan kita. Ini adalah harapan kita semua dalam kehidupan setelah kelahiran. Dalam produksi budaya, kita harus bertanya pada diri kita sendiri: di antara empat kekuatan kreatif cipta, rasa, karsa, dan karya - di mana letak pilar kebudayaan kita? "Ketika kelima kekuatan ini tidak bersatu, maka kemanusiaan kita tidak akan sempurna," kata Kiai Jadul.

Acara kemudian dilanjutkan dengan dialog Kebudayaan, yang menampilkan Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid, budayawan Taufik Rahzen, seniman Inaya Wahid, dan aktris Christine Hakim. Dalam paparannya, Hilmar menekankan pentingnya nalar kontinuitas dalam kebudayaan untuk merespons berbagai tantangan dunia. Pandemi COVID-19 dan perubahan iklim yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat nalar ini semakin mendesak untuk diimplementasikan.

Baca Juga: Tes IQ: Buktikan Anda Orang yang Teliti dengan Cara Temukan hal yang Berbeda pada Gambar Mekanik

"COVID-19 dan perubahan iklim tidak mengenal konsep atau wacana. Jika kita tidak melakukan tindakan, dampaknya akan terus berlangsung secara konstan. Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan hayati yang luar biasa, ini adalah anugerah. Namun, kita masih sibuk dengan perdebatan yang mestinya selesai 70, 80, atau bahkan 100 tahun yang lalu," kata Hilmar.

"Terakhirnya, yang penting ialah kapasitas untuk menggabungkan, agar usaha untuk mewujudkan Indonesia sebagai realitas budaya dapat terlaksana, dan Indonesia dapat memajukan diri sebagai kekuatan budaya. Jikalau hal itu tidak terjadi, kita akan terus mengalami kemunduran dan kemajuan bergantian dalam hal ekonomi dan politik," tambah Hilmar.

Pada Harlah ke-63 Lesbumi NU, Lesbumi PCNU Bekasi mengadakan kegiatan bakti sosial berupa pengobatan tradisional gratis mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Pengobatan yang disediakan meliputi gurah, bekam, pijat, dan terapi saraf. Selain itu, acara tersebut juga menyajikan Dialog Kebudayaan dan beberapa pertunjukan seni-budaya seperti Wayang Wolak-Walik yang dipentaskan oleh Jumaali Darmokondo, Tarawangsa dan Karinding oleh Lesbumi PCNU Garut, Monolog Abdullah Wong, pertunjukan wayang kulit dari Ki Ardhi Poerboantono, Tari Sufi Lesbumi Jakut, serta penampilan dari Varid Putra Mbah Surip. Sebelumnya, perayaan Harlah ke-63 Lesbumi NU telah berlangsung di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 168, Senen, Jakarta Pusat pada 12 Mei lalu.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x