Mencuatnya isu tersebut menurut Fahri, karena munculnya kebimbangan dari para politikus dan mungkin sebagian hakim dari konstitusi negara.
Baca Juga: Jadwal Siaran Inggris vs Italia 16 Besar Piala Dunia U-20, Link Nonton Streaming Lengkap
Penyebab kebimbangan tersebut bisa jadi disebabkan oleh semakin membesarnya biaya pemilu yang harus dikeluarkan partai politik dan calon yang akan diusung.
Menurut Fahri, membesarnya biaya pemilu membentuk anggapan bahwa demokrasi di negara kita adalah demokrasi yang mahal. Alhasil terjadilah praktik money politic, mencari 'investor', dan lain sebagainya.
Fahri menjelaskan, sesungguhnya isu tersebut adalah isu lain yang tidak harus mengorbankan sistem proporsional terbuka. Karena besarnya biaya pemilu masih bisa dikontrol.
Fahri memperkirakan bahwa biaya pemilu bagi calon presiden bisa mencapai 5 triliun rupiah per orangnya. Itu pun tidak menjamin kemenangan. “Dan yang akan menang pasti membiayakan lebih dari itu,” ujarnya.
Oleh karena itu, bagi Fahri, pemilu yang saat ini dijalankan justru pertarungan antara uang dengan uang, bukan gagasan.