Hal tersebut ia lakukan secara diam-diam. Karena jika ketahuan maka naskah tersebut akan disita atau juga dibakar oleh seorang sipir keamanan.
Saat ditahan oleh rezim orde baru maka rumah pram ditahan oleh para tentara. Naskah buku-buku pram pada saat itu dibakar dengan disaksikan oleh sang istri. Selain dari itu, buku-buku yang berada pada perpustakan pram pun ikut dibakar dan menjadi habis.
Karena larangan terhadap pram tersebut maka rezim orde baru mendapatkan tekanan dari dunia internasional.
Hingga pada akhirnya pram diperbolehkan untuk menulis kembali. Hingga akhirnya buku tetralogi pulau buru pun menjadi ada dan bisa dibaca oleh bangsa sampai sekarang.
Baca Juga: Terbaru! Kumpulan 17 Link Twibbon Harlah NU 1 Abad 2023 serta Makna Logonya, Yuk Semarakkan!
Meski telah diperbolehkan untuk menulis namun cobaan terus ada. Kali ini yaitu tidak diperbolehkannya naskah-naskah pram untuk terbit.
Namun disisi lain pram memiliki seorang sahabat bernama Max Lane, sahabat pram yang berasal dari Australia ini mencoba menerjemahkan buku-buku pram hingga buku-buku tersebut pada akhirnya dapat dibaca oleh dunia Internasional.
Dikarenakan karya-karya yang diciptakannya maka pram meraih banyak penghargaan seperti pernah menjadi kandidat peraih nobel sastra Internasional di Australia, Amerika Serikat, Filipina.***