Orasi mahasiswa meminta pemerintah segera mengendalikan kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) sebagai akibat kenaikan harga BBM.
Kemudian, mengusut mafia BBM, mengawal dan menertibkan BBM yang mahal di tingkat pengecer.
"Kami juga minta DPRD mengawal dan usut mutilasi warga sipil di Kabupaten Mimika," ucapnya, dalam orasi.
Mahasiswa menyampaikan, Covid-19 sudah menghancurkan ekonomi rakyat sehingga harga BBM tidak seharusnya dinaikkan.
"Dari jauh, mama penjual sayur naik taksi dengan harga mahal karena BBM naik, syukur kalau sayur laku, kalau tidak laku masyarakat mau makan apa. Biaya pendidikan pasti naik. Yang dinaikkan itu upah buruh, bukan harga BBM," katanya lagi.
Ketua DPRD Jayawijaya, Matias Tabuni mengatakan, kenaikan harga BBM juga berdampak kepada wakil rakyat, sehingga aspirasi protes warga itu akan disampaikan ke Jakarta.
"Tugas kami, aspirasi tidak akan tinggal di sini, kami akan teruskan ke provinsi, tetapi saya dan teman-teman bisa juga antar langsung ke DPR dalam waktu dekat," pungkasnya.***