Maklum, Pak Nas saat itu adalah anggota Petisi 50 yang secara politik berseberangan dengan Pak Harto.
“Bahkan mungkin itu yang menjadi sumber tuduhan pada tahun 1998, saya mengkhianati Pak Harto dan berusaha melakukan kudeta,” ujarnya.
Saat itu Prabowo menjawab, Jendral Nasution adalah salah satu pendiri TNI, apa pun sikap politiknya harus tetap kita hormati.
“Kalau pun saya memelihara silaturahim dengan Pak Nas bukan berarti saya ikut garis politik beliau,” timpalnya. “Lagi pula, masa kita harus memusuhi seorang senior hanya karena beda pandangan.” katanya.
Tak urung Prabowo dapat kesulitan juga dengan sikapnya itu. Apalagi, selain Pak Nas, ada tokoh-tokoh petisi 50 seperti Letjend HR Darsono dan Letjend Kemal Idris yang dekat dengan orang tua Prabowo.
Mereka sering berada di rumah orang tuanya dan terus menjalin silaturahmi. Bahkan, saat Letjend Sarwo Edhie yang seolah-olah disingkirkan oleh kalangan Pak Harto, Prabowo tetap menjenguknya.
“Karena kami ingin memberi contoh, kita harus menghormati siapa pun yang berjasa pada tentara, bangsa, dan negara.”
“Justru orang-orang yang dikucilkan itu haru dinguk. Bukan karena kita akan ikut garis politik mereka, tapi sebagai bentuk silaturahmi kemanusiaan.” ujarnya.
Baca Juga: Jenderal M. Jusuf, Panglima Sederhana, Ini Kenangan dan Tanggapan Prabowo Subianto
Prabowo pertama kali bertemu dengan Pak Nas pada saat ia menjadi taruna Akabri di Magelang. Kala itu, Pak Nas sering datang ke sana untuk memberikan ceramah pada beberapa kesempatan.
Selain itu, Pak Nas adalah sahabat dekat Brigjen dr Sajiman, kepala RST Magelang. Sementara, Prabowo sering pesiar ke keluarga Sajiman.