Beliau melanjutkan, "Bisa saja waktu itu (saat di Bern) saya melarang A Eril renang. Saya minta A Eril diam di kamar dan saya selimutinya, memastikan A Eril aman."
"Tapi kan bukan begitu pola pikirnya, dimana pun A Eril berada kalau memang hari itu sudah waktunya, tidak ada yang bisa menghalanginya."
"Melepas sosok yang dicintai bukanlah hal yang mudah, namun untaian doa agar A Eril menjadi ahli surga terus mengalir diiringi kisah heroik tentang kebaikan A Eril semasa hidup yang terus terukir menciptakan banyak hikmah."
"Semua itu menjadi penguat bagi keluarga, sehingga kepergian A Eril pun menjadi kepulangan terindah bagi keluarga. Hanya orang-orang beriman yang mampu memaknai ini."
"Disini lah kita semua belajar (khususnya saya) bahwa iman adalah sebaik-baik bekal hidup."
"Terakhir bu Atalia menyampaikan pesan ke saya, Teh sudah bukan waktunya lagi saya terus bertanya dan meratapi 'mengapa Ril'?"
"Tapi sekarang waktunya saya memantaskan diri sebagai seorang hamba Allah yang menentukan hidup dan matinya kita."
Terakhir, Yane Ardian mengungkapkan bahwa Atalia Kamil dan Ridwan Kamil adalah sosok yang menginspirasi banyak orang dan telah menjadi contoh bagi banyak orang tua untuk ikhlas menerima takdir.***