Bambu Runcing, Senjata Para Pahlawan Indonesia yang Kalahkan Penjajah. Mitos atau Fakta?

- 10 November 2021, 01:51 WIB
Monumen Bambu Runcing di PontianakPontianak/Dul/warta pontianak.pikiran-rakyat.com
Monumen Bambu Runcing di PontianakPontianak/Dul/warta pontianak.pikiran-rakyat.com /

JURNAL SOREANG – Bambu runcing sudah menjadi simbol yang melambangkan kemenangan pahlawan-pahlawan Indonesia dari penjajah.

Saking mahsyurnya, monumen bambu runcing dibangun di beberapa daerah yang menegaskan bahwa pahlawan kita meraih kemerdekaan Indonesia kerena senjata ini.

Namun, benarkah bambu runcing jadi senjata yang semenakutkan, sehingga penjajah bisa dikalahkan pahlawan kita?

Baca Juga: Hari Pahlawan, Yuk Gunakan 5 Twibbon Kece Untuk Memperingatinya!

Seorang ulama bernama Kiai Subchi yang juga merupakan guru besar dari pahlawan nasional Jendral Soedirman lah yang pertama kali memperkenalkan bambu runcing untuk dijadikan senjata melawan Belanda.

Konon, bambu-bambu yang sudah didoakan khusus oleh kiai Subchi menjadi salah satu alasan menangnya prajurit Indonesia.

Bahkan, kolonial Belanda sampai menganggap bambu runcing sebagai pembunuh dalam keheningan.

Baca Juga: Karir Cemerlang Jerome Polin, Dari Kuliah di Jepang Hingga Buka Bisnis Minuman

Jendral Besar Ahmad Haris Nasution menjawab pertanyaan mengenai kedigdayaan bambu runcing, “Adalah setengah mitos,” jawab Nasution dalam bukunya Bisikan Nurani Seorang Jenderal.

“Pada pertempuran real, bambu runcing itu lebih banyak jadi senjata semangat,” lanjutnya.

Pada masa pendudukan Jepang, mereka sempat meniru serta melatih pasukannya untuk bisa menguasai penggunaan senjata bambu runcing.

Baca Juga: Peziarah tak Terkendali, Foto Vanessa Angel dan Febri Andriansyah di Pemakaman Hilang dan Rusak

Namun, bambu runcing bagi tentara Jepang seperti menjadi bumerang, karena pada akhirnya mereka tumbang oleh senjata yang sama.

Bukan hanya pejuang dari rakyat biasa yang menjadikan bambu runcing sebagai senjata andalan, sebagian besar anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) juga menggunakan senjata ini.

Maklum, setiap kesatuan BKR hanya memiliki senjata api tidak lebih dari satu persen.

“Bambu runcing di tangan orang pemberani lebih ampuh daripada mitraliur di tangan orang yang gemetar ketakutan. Jepang dalam keadaan ketakutan menghadapi pemuda-pemuda yang tengah berang dengan tekad ‘mati syahid’,” tutur Kiai Mu’awwam dalam otobiografi KH Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-orang dari Pesantren.***

Editor: Sam

Sumber: gramedia.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah