6,5 Juta Masyarakat Indonesia Akses Konten Digital Artikel Ilmiah di Perpusnas yang Kini Berusia 41 Tahun

- 18 Mei 2021, 11:36 WIB
Kepala Perpusnas Syarif Bando (kanan)
Kepala Perpusnas Syarif Bando (kanan) /Humas Perpusnas

 

JURNAL SOREANG - Sedikitnya 6,5 juta pengguna aktif sudah rutin mengakses 3 - 4 miliar artikel ilmiah yang dikemas dalam bentuk konten digital oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas).

Kepala Perpusnas Syarif Bando mengatakan, hal itu tak lepas dari upaya pihaknya untuk terus bermigrasi ke platform digital sejak 2015.

“Alhamdulilah, dua tahun belakangan ini, Perpusnas telah menjadi perpustakaan terbaik dunia dalam menyajikan jurnal ilmiah,” katanya dalam Talk Show yang digelar Pusat Analisis Pengembangan Perpustakaan dan pengembangan Budaya Baca di Jakarta, Senin, 17 Mei 2021.

Baca Juga: Tentara Muslim Israel ini Sebut Hamas Organisasi Teroris yang Korbankan Warga Palestina

Upaya itu, kata Syarif, sangat terasa manfaatkan saat pandemi Covid-19 melanda dunia sejak 2020 lalu.

Syarif melansir bahwa Perpusnas adalah salah satu lembaga negara yang paling siap dalam menghadapi pandemi Covid-19 berkat upaya digitalisasi sejak 2015.

Di sisi lain, Syarif menegaskan bahwa digitalisasi merupakan salah satu langkah dalam penguatan sisi hulu dan hilir terhadap budaya literasi dalam rangka pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial.

Baca Juga: Waspada, Hujan Lebat Disertau Kilat Berpotensi Terjadi di Sebagian Indonesia

Oleh karena itu, Khusus memperingati Hari Jadinya ke-41, tepat pada 17 Mei 2021, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) mengangkat tema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial".

Terlebih, saat ini Perpusnas sudah genap berusia 41 tahun dan bukan waktu yang singkat untuk menggalakkan kegemaran membaca untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia.

Meskipun demikian, Syarif mengaku data Perpusnas menunjukkan baru bahwa 30 juta penduduk Indonesia yang familiar dengan digitalisasi konten ilmu pengetahuan.
Dari angka itu, 6,5 juta orang di antaranya mengaku tidak bisa memisahkan hidup mereka dari ilmu pengetahuan berbasis digital.

Baca Juga: Ikatan Cinta Selasa 18 Mei 2021: Nino Selidiki Ayah Biologis Reyna, Al Minta Nino Menjauh

“Itu artinya, masih terdapat kesenjangan 240 juta penduduk Indonesia yang belum terkoneksi. Ini ruang yang harus dibangun bersama,” kata Syarif.

Hal itu dilansir Syarif, sekaligus menjadi bukti bahwa orang Indonesia tidak malas membaca.

Ia menuturkan bahwa budaya literasi di Indonesia sudah jauh tinggi di banding negara lain, sejak dahulu.

Baca Juga: Kehancuran Israel dan Bangsa Yahudi Telah Dijamin Allah SWT, Tinggal Menunggu Waktunya Tiba

Apalagi salah satu fakta yang bisa menjelaskan adalah bukti peninggalan sejarah pada abad ke-2 di Kerajaan Kutai Kartanegara, lalu berlanjut ke Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan peradaban yang tercipta pembangunan Candi Borobudur pada 724 Masehi.

Sedangkan, di belahan benua lain pada abad ke- 15, Christopher Colombus baru menemukan benua Amerika, lalu Abel Tasman menemukan Selandia Baru abad 16.

“Artinya, negara-negara Eropa selalu mengakui Indonesia sebagai negara tertua seribu tahun dari mereka. Bagaimana bisa kita katakan Indonesia mempunyai budaya baca yang rendah?,” tanya dia.

Baca Juga: Ramai Bantuan Pro-Palestina di Media Sosial, Dubes Palestina Tak Pernah Menerimanya?

Sekalipun banyak penelitian menunjukkan bahwa budaya Indonesia rendah, itu hanya persoalan ketersebaran buku yang belum merata ke berbagai pelosok daerah.

Bisa dibayangkan, satu buku ditunggu 90 oleh orang untuk dibaca.

“Indonesia hanya kekurangan buku. Merujuk ketentuan UNESCO, Indonesia masih kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusi,” ujar Syarif.

Baca Juga: Lirik Lagu Rick Astley - Never Gonna Give You Up, Lengkap Bersama Terjemahan Indonesia

Oleh karena itu, tahun ini Perpusnas makin gencar meminta para pelaku di sisi hulu untuk menulis.

Para pakar, dosen, guru bisa menulis buku sebanyak mungkin untuk disebarluaskan ke seluruh negeri.

Hilir dari proses literasi ini adalah penciptaan barang dan jasa baru. Ia menekankan bahwa Indonesia harus menjadi negara produsen, bukan hanya pemakai.

Baca Juga: Penderitaan Warga Gaza Akibat Serangan Israel, dari Mulai Kekurangan Makanan hingga Air Bersih untuk Minum

Syarif juga mengajak semua masyarakat yang mengalami imbas pandemi, dimana mereka kehilangan lapangan pekerjaan.

Dari data yang dicatatnya, 30 juta warga Indonesia telah kehilangan pekerjaannya karena pandemi ini.

Di saat seperti itu, Syarif mengimbau mereka untuk datang ke perpustakaan di setiap daerah agar bisa diberikan stimulan dan pelatihan sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan modal yang mereka punyai, lewat program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Baca Juga: Sosok Pacar Bos Ruangguru Terungkap, Belva Devara Kepincut Wanita Finalis Putri Indonesia 2019

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan menegaskan dukungan positif pada momen perayaan ulang tahun ke-41 Perpusnas ini.

Apalagi pada momen pandemi Covid-19 seperti saat ini, digitalisasi konten Perpustakaan yang digiatkan sejak 2015 sangat dinikmati pada masa-sama sulit ini.

“Data BPS menunjukkan ada peningkatan literasi, meski sedikit, tapi ini cukup signifikan. Apalagi pada saat pemerintah memberikan bantuan pulsa pada murid, dosen dan guru, fasilitas layanan perpustakaan itu dinikmati,” kata Putra.

Baca Juga: Ramalan Kesehatan Zodiak 18 Mei 2021, Sagitarius Kurangi Asupan Gula dan Aries Stres Berlebihan

Maka itu sebagai seorang legislator, Putra meminta Perpusnas untuk terus mengusahakan gerakan literasi dengan maksimal, meski mengalami pembatasan dan pemotongan anggaran, yang sebagian besar dialihfungsikan untuk penanggulangan bencana pandemi Covid-19.

“Program transformasi ini harus didanai, harus dibuat masif, karena ini solusi. Catatannya, harus berkolaborasi dengan UKM dan ekonomi kreatif, karena membaca itu sudah arahnya kesana,” ujar Putra.***

Editor: Handri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x