JURNAL SOREANG- Kemendikbud melalui Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), menyelenggarakan Webinar Diskusi Kebijakan Tematik “Krisis Kesantunan dan Pemanfaatan Media Digital pada Pelajar dan Mahasiswa” Acara ini diadakan untuk meningkatkan kesantunan pelajar dan mahasiswa dalam pemanfaatan media digital.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Totok Suprayitno mengatakan, salah satu disrupsi digital yang kurang mendapat penanganan serius adalah kesantunan dan karakter.
"Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital, bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita,” ungkapnya dalam pernyataan, Kamis 1 April 2021.
Totok Suprayitno melanjutkan elemen inti (the core of element) dari pendidikan adalah karakter. Lebih lanjut, ia merujuk pada kutipan yang mengatakan education without character is not education at all. “Kemudian, kalau elemen inti dari pendidikan itu disruptif, kemudian kita menganggap bahwa seolah-olah itu tidak ada, itu saya kira sebuah kesalahan besar,” imbuhnya.
Perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak baik, semestinya kata Totok, ada pijakan yang lebih jelas. Hal itu mengingat Indonesia sarat keragaman budaya.
Baca Juga: Gawat!!! Lewat Medsos, Kelompok Teroris Jaring Kaum Milenial
Baca Juga: Viral di Medsos, Tersangka Begal HP di Tebet Jakarta Diringkus Polisi dan Terancam 9 Tahun Penjara
“Boleh Anda mengglobal, bergaul dengan siapa pun, tetapi pijakan niai-nilai ke-Indonesiaan-nya jangan dilupakan, jangan terbawa arus apalagi yang negatif,” tutur Totok.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbangbuk, Kemendikbud, Irsyad Zamjani mengatakan bahwa salah satu hal yang mendorong diskusi ini adalah hasil survei yang dilakukan oleh Microsoft di Asia Pasifik yang secara ringkas mengatakan tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.