Meskipun tak kalah pamor, namun para tokoh yang tengah naik daun itu, belum tentu bisa menyaingi hegemoni Prabowo yang dua kali memberi batu sandungan pada Jokowi.
Banyak Netizens bingung liht gambar saya..memakai Koyo di tubuh . Ini kode utk @jokowi @ganjarpranowo @aniesbaswedan @ridwankamil @SBYudhoyono @AgusYudhoyono @sudjiwotedjo tolong mas sudjiwo tedjo di terangkan pic.twitter.com/T98n91WuIb— Arief Poyuono (@bumnbersatu) March 15, 2021
Namun jika aturan dua periode diubah menjadi tiga periode, persaingan ketat bakal terjadi tak hanya antara Prabowo dengan Jokowi, tetapi juga dengan SBY.
Terkait wacana presiden tiga periode sendiri, Arief mengungkapkan bahwa alasan ia menyuarakan itu adalah karena catatan menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tak banyak mengalami kemajuan selama 2 periode jabatan Jokowi maupun SBY.
Di sisi lain, kemajuan pesat dialami oleh negara ini, ketika Soekarno dan Soeharto menjabat sebagai presiden selama lebih dari 20 tahun.
"Catat sejak era demokratisasi dan jabatan presiden 2 periode itu, jumlah utang Indonesia makin numpuk dibandingkan dengan era Sukarno dan Suharto loh. Dan tidak sebanding dengan kemajuan masyarakatnya. @jokowi @SBYudhoyono," ujar Arief.
Dari catatan itu, Arief menyimpulkan bahwa sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih terbiasa dipimpin oleh presiden dengan masa jabatan lebih dari dua periode.
Selama presiden tersebut dan keluarganya tidak membuat rakyat susah, Arief menilai masyarakat tidak akan berontak.
"base on sejarah masyarakat Indonesia itu sudah terbiasa di pimpin oleh presiden dgn masa jabatan lebih dari dua periode. mirip sistim monarki. Sepanjang sang Raja & keluarganya tdk membuat rakyat susah maka rakyat tidak akan berontak & ingin raja. @jokowi @SBYudhoyono," kata Arief.***