DPR Minta Alat Tes Covid GeNose Produk UGM Segera Diperbanyak, Selama Ini Alat Kesehatan Hasil Impor

- 5 Februari 2021, 10:21 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI, Adang Sudrajat.*
Anggota Komisi IX DPR RI, Adang Sudrajat.* //BUDI SATRIA-PRFM

JURNAL SOREANG – Komisi IX DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri Kesehatan RI, Menristek RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan rapat dengar pendapat dengan Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman juga Rektor Universitas Gadjah Mada.

Rapat tersebut membahas hasil riset dan inovasi dalam rangka pengendalian Covid-19 dan membahas vaksin merah putih.

Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengapresiasi hasil riset dan inovasi yang dibuat anak bangsa dalam menanggulangi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose C19 Buatan UGM Siap Edar, Polda DIY Periksa Personelnya

“Temuan-temuan ini menjadi fokus dari Komisi IX. Kita harus mengurangi ketergantungan pada impor, agar dana yang kita miliki bisa lebih efisien,” ucap Edy dalam rapat kerja dengan Menteri Kesehatan RI, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), di Gedung Nusantara I, Senayan, baru-baru ini.

Edy juga menyinggung tentang temuan teknologi inovasi tracking Covid-19 buatan UGM, GeNose.

Menurutnya, produksi GeNose sebagai alat tracing Covid-19 ini harus dipercepat, agar segera menjangkau masyarakat karena selama ini alat kesehatan dikuasai impor.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 Bukan Hanya Kewajiban Pusat dan Kabupaten, Ini Kata Ketua Harian Satgas

Sementara Anggota Komisi IX DPR RI lainnya, Adang Sudrajat juga mengapresiasi inovasi-inovasi anak bangsa dalam penanggulangan Covid-19.

Selain mengapresiasi, Adang memberikan masukan terkait vaksinasi untuk usia 18-59 tahun.“Menurut saya, Covid-19 ini menjadi masalah ketika di kota. Jika epidemiologinya di perkotaan, vaksinasi harus dilakukan secara total di kota,” ujar Adang.

Menjawab hal tersebut, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bambang Brodjonegoro mengatakan sebenarnya kemampuan peneliti di Indonesia itu luar biasa.

Baca Juga: Sebanyak 33 Ton Manggis Diekspor Dari Padang ke Guangzhou, China Menggunakan Garuda

Namun, menurut Bambang, riset di Indonesia masih lemah dari segi koneksi dunia penelitian dengan dunia usaha.

“Selama ini kita tidak pernah tahu siapa yang butuh ventilator. Karena tidak ada permintaan (demand) untuk ventilator dalam negeri, maka jumlah produksi terhambat,” ujar Bambang.

Bambang melanjutkan, peran pemerintah untuk mendekatkan dunia usaha dengan penelitian sangat kurang. Alhasil, ketika dunia usaha merasa tidak ada produk dalam negeri yang bisa dikembangkan, mereka memutuskan untuk impor.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah