JURNAL SOREANG - Terkait rencana pemerintah akan memperpendek atau memangkas masa libur Natal dan Tahun Baru 2021, tentunya hal itu akan berpengaruh pada berbagai sektor ekonomi, khususnya di sektor pariwisata.
Bahkan Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira memprediksi pemangkasan libur panjang akhir tahun akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi masyarakat.
“Libur Natal dan Tahun Baru ini puncak konsumsi rumah tangga tertinggi kedua setelah libur Idul Fitri, jika diperpendek pasti berdampak, khususnya ke sektor pariwisata,” kata Bima Yudistira dihubungi di Jakarta, Rabu, 25 November 2020, dikutip dari kantor berita Antara.
Baca Juga: KPK berhasil amankan 17 Orang Di Lokasi Yang Berbeda Terkait Dugaan Korupsi Di Tubuh KKP
Pemangkasan libur panjang, menurut Bima, juga akan memberikan kerugian kepada pelaku usaha bidang perhotelan dan restoran karena mereka sudah menyiapkan stok lebih banyak mulai dari kamar hingga merekrut tenaga kerja baru.
Dampaknya, lainnya juga kepada konsumsi rumah tangga karena masyarakat ekonomi menengah ke atas biasanya berbelanja saat libur panjang akhir tahun.
"Mereka menyiapkan stok bahan baku dan kamar dan dari November mulai merekrut pegawai baru untuk menyiapkan peak season akhir tahun, tapi libur dipotong pasti banyak pengusaha kecewa, banyak dirugikan di sektor pariwisata,” katanya.
Baca Juga: Ini 4 Hal yang Jadi Fokus dalam APBN 2021, Salahsatunya Pemulihan Ekonomi
Apabila pemangkasan libur panjang benar-benar direalisasikan, ia memperkirakan konsumsi akan tumbuh negatif kisaran 3-4 persen pada kuartal IV-2020.