Hadapi Tsunami, Teknologi Secanggih Apapun Tidak Berguna Jika Masyarakatnya Tidak Siap

13 November 2020, 12:30 WIB
Ilustrasi tsunami. /Foto: Pixabay/Elias Sch/



JURNAL SOREANG - Jika masyarakatnya tidak siap dalam mengantisipasi dan menghadapi bencana tsunami, teknologi secanggih apapun tidak akan berguna.

Hal ini dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat membuka webinar dalam rangka peringatan Hari Kesadaran Tsunami Dunia yang dipantau di Jakarta, Jumat 13 November 2020.

"Semua teknologi, super komputer yang mendukung sistem peringatan dini akan lumpuh, akan sia-sia dan tidak ada gunanya kalau aspek kultur tidak siap. Aspek kultur ini adalah masyarakat dan pemda," katanya.

Baca Juga: Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan di Jeddah, ISIS Targetkan Konsul Prancis

Dwikorita seperti dilansirkan Antara mengatakan aspek kultur, yaitu pemerintah daerah dan masyarakat sebagai ujung tombak menjadi tantangan dalam kesiapsiagaan bencana.

Apabila masyarakat dan pemda di daerah rawan bencana tsunami tidak memiliki kapasitas untuk mengoperasikan dan memelihara sirine peringatan dini tsunami, teknologi yang sudah disiapkan tidak akan berguna.

BMKG telah membangun sistem peringatan dini tsunami, yaitu Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang telah beroperasi sejak 2008.

Baca Juga: Terkatung Berbulan-bulan, 33 Pelaut Indonesia Dipulangkan dari Taiwan

Hal senada disampaikan narasumber webinar dari Unesco Indonesia Ardito M Kodijat. Menurutnya, banyak pembelajaran dari kejadian tsunami yang lalu bahwa sistem peringatan dini tsunami yang canggih tidak akan menyelamatkan nyawa jika masyarakat berisiko tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas untuk merespons peringatan dini tersebut.

"Kalau kita punya sistem yang sangat canggih, saat ini bisa mengeluarkan peringatan dini dalam waktu yang sangat singkat kurang dari empat menit, tapi kalau masyarakatnya tidak tahu apa yang harus dilakukan, sistem peringatan dini itu tidak menjamin keselamatan," ujar Ardito.

Dia mengatakan, dalam keadaan darurat tsunami, risiko kehilangan nyawa dan harta benda masyarakat pesisir dengan tingkat kesiapan rendah atau tidak ada sangat tinggi.

Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Conmebol: Wasit Anulir Gol Messi, Argentina vs Paraguay 1-1

Selain itu, rantai peringatan yang lemah atau terputus, sehingga informasi tidak sampai ke masyarakat juga tidak ada arahan untuk masyarakat mengevakuasi diri. Hal itu bisa karena ketidaksiapan SDM, prosedur atau masalah teknologi.

Menurut dia, selama ini sistem peringatan dini terfokus pada peningkatan teknologi, tapi perlu juga fokus pada kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tsunami.***

Editor: Sam

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler