Menjelang Kemerdekaan, 10 Agustus 1945 Ramalan Bung Karno Terbukti

4 Agustus 2023, 18:21 WIB
Ir. Soekarno bersama BPUPKI./instagram layar tangkap @thebigbung /

JURNAL SOREANG - Dokter pribadi Ir. Soekarno, yang bernama dr. Soeharto, senantiasa menemani Presiden Indonesia pertama itu sejak tahun 1935.

Pun saat diminta Bung Karno untuk berangkat ke Dalath, dalam rangka memenuhi panggilan militer Jepang yang diwakili Marsekal Terauchi, dr. Soeharto ikut mendampingi.

Pasalnya, pada saat itu penyakit malaria Bung Karno sudah sering kambuh, sehingga dikhawatirkan dalam penerbangan memenuhi panggilan Jepang yang sangat beresiko, kesehatan Bung Karno terancam.

Baca Juga: Kapan Pendaftaran Upacara 17 Agustus Istana Negara Dibuka? Simak Jadwal hingga Cara Registrasinya

Hari Jum'at, 10 Agustus 1945, penerbangan rahasia para tokoh pemimpin yang diwakili Bung Karno, Bung Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat, dari lapangan terbang Kemayoran, transit terlebih dahulu di Singapura sampai keadaan aman.

Akhirnya pada hari itu perjalanan dilanjutkan ke Saigon.

Akibat suasana yang mencekam, pasca dijatuhkannya Bom atom di kota Nagasaki dan Hiroshima, rombongan dipesawat selalu merasakan was-was.

Pasalnya pesawat harus bermanuver, terbang dalam posisi oleng, kemudian menukik lebih keatas, dan terbang zig-zag untuk menghindari daerah-daerah berbahaya, serta kepulan-kepulan asap pasca pertempuran.

Baca Juga: Tes IQ : Hanya si Paling Teliti yang Bisa Menemukan Daun yang Tidak Punya Kembaran Dalam 15 Detik

dr. Soeharto kemudian teringat dengan percakapannya bersama Bung Karno, "Bung Karno pernah menyatakan bahwa Indonesia akan merdeka setelah Perang Dunia II?" Pertanyaan tersebutlah yang ditanyakan dr. Soeharto.

Seolah ramalan yang terbukti, Bung Karno menjawab, "Betul, Saya pernah menyatakan hal itu waktu dalam pengasingan di Ende, Flores." Jawab Bung Karno.

Rupanya Bung Karno sudah mengetahui maksud kedatangan Jepang ke Indonesia sejak awal.

"Jepang datang kemari, jelas bukan untuk memerdekaan Indonesia dari jajahan Belanda, saya berkeyakinan akhirnya sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat akan mengalahkan Jepang."

Baca Juga: Marak Kecelakaan Sepeda Listrik, Kemenhub Tegaskan Batas Usia Minimal Pengendara, Berapa Tahun?

" Itulah kesempatan bagi kita untuk merebut kemerdekaan, saat Jepang dalam kepayahan."

"Tapi itu jika kita bersatu dan sudah dapat menghimpun kekuatan yang memadai. Jika kekuatan itu belum ada atau tidak cukup memadai maka kita harus bersandiwara."

"Wie niet sterk is moet slim zijn, yang tidak kuat harus pintar." Kata Bung Karno memberi penjelasan kepada dr. Soeharto.

Itulah alasan Bung Karno, mengapa para tokoh mengikuti panggilan Marsekal Terauchi untuk datang ke Dalath, walaupun tokoh muda seperti Sutan Sjahrir menentang keras karena menganggap kemerdekaan Indonesia harus segera di Proklamasi-kan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Kostum 17 Agustus untuk Anak SMA , Tampil Keren dan Semangat dalam Perayaan Kemerdekaan!

Menurut pemikiran Bung Karno, Jepang masih terlalu kuat, dibuktikan dengan tidak menyerahnya mereka meskipun tentara sekutu telah menghancurkan 2 kota dengan bom atom.

Bung Karno khawatir, tindakan yang tergesa-gesa bisa membahayakan keselamatan rakyat Indonesia.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Buku Proklamasi Sebuah Rekonstruksi

Tags

Terkini

Terpopuler