JURNAL SOREANG- Kuota Indonesia pada penyelenggaraan haji 1444 H/2023 M diperkirakan akan penuh kembali.
Hal ini disampaikan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief saat menutup Mudzakarah Perhajian Indonesia tahun 2022 di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo. Mudzakarah ini mengangkat tema "Bipih dan Keberlangsungan Pembiayaan Haji" baru-baru ini.
"Insya Allah kuotanya penuh. karena dari sana bahasanya begitu," terang Hilman Latief.
Baca Juga: Musim Haji 2023: Ini Empat Kelompok Calon Jemaah Haji Terkait Syarat Istithaah Kesehatan
Meski demikian, Hilman belum memastikan maksud dari kata 'penuh' itu sendiri, apakah normal seperti tahun 2019 atau masih seperti tahun 2022. "Hanya belum disebutkan angkanya," lanjutnya.
Hilman mengaku Kementerian Agama sudah menggelar rapat awal dengan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
Bahkan, Indonesia termasuk yang didahulukan rapatnya agar bisa segera melakukan persiapan dini.
"Indonesia jemaahnya terbesar di dunia sehingga pengelolaannya harus dipersiapkan lebih awal," jelasnya.
Baca Juga: Masa Berlaku Visa Umroh Jemaah Haji Indonesia Diperpanjang Lho! Jadi Berapa Lama?
Hilman menambahkan penandatangan MoU penyelenggaraan ibadah haji oleh Menteri Agama RI dan Menteri Haji Saudi rencananya dilakukan pada 9 Januari 2023.
Bersamaan itu, akan dilakukan juga penandatanganan seluruh kontrak layanan, baik akomodasi, transportasi, konsumsi, maupun Masya'ir.
"Insya Allah, Januari dan Februari 2023 kita sudah harus lari kencang untuk pelunasan," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Bina Haji Kemenag, Arsad Hidayat memperkirakan rekrutmen petugas akan dilakukan lebih dahulu pada awal Januari 2023.
Penegasan ini disampaikan Arsad Hidayat saat berbicara pada Mudzakarah Perhajian Indonesia tahun 2022 di Pesantren Salafiyah Syafi'iyyah Situbondo baru-baru ini.
Hadir, sejumlah ulama yang tergabung dalam Konsultan Ibadah Haji, para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, dan para Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi seluruh Indonesia.
"Rekrutmen petugas pembimbing ibadah akan dilakukan lebih awal. Harapannya mereka yang terpilih bisa langsung berkolaborasi dengan jemaah yang akan berangkat untuk memberikan bimbingan manasik," ujar Arsad.
Arsad menjelaskan, bimbingan manasik ke depan diorientasikan untuk menciptakan jemaah mandiri.
Untuk itu, seluruh proses dan aktivitas bimbingan manasik harus berorientasi pada kemandirian jemaah.
"Semua jemaah yang dibimbing harus mandiri. Ini antara lain bisa dilakukan dengan membekali tentang cara dan tips mudah beribadah di Masjidil Haram dan Nabawi. Termasuk juga tips jika jemaah mengalami salah arah pulang, penggunaan sarana prasarana hotel, dan lainnya," terang Arsad.***