Kesaksian Prabowo Subianto: Dituduh Tidak Loyal pada Pak Harto Karena Masalah Ini

31 Juli 2022, 20:03 WIB
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sempat dituduh tidak loyal pada Pak Harto gara-gara sering mengunjungi Jendral purnawirawan Abdul Haris Nasution pada tahun 1980-an. /

JURNAL SOREANG- Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sempat dituduh tidak loyal pada Pak Harto gara-gara sering mengunjungi Jendral purnawirawan Abdul Haris Nasution pada tahun 1980-an.

Kisahnya, ketika Prabowo Subianto berpangkat kapten dan menjadi menantu Pak Harto (Presiden saat itu) yang tinggal di jalan Cendana Jakarta, ia kerap mengunjungi Abdul Haris Nasution yang tinggal di jalan Teuku Umar.

Rumah Pak Harto dan Pak Abdul Haris Nasution ini saling membelakangi, sehingga jika Prabowo Subianto ingin menjenguknya, ia cukup lewat belakang rumah saja.

Baca Juga: Guru Besar UNPAD Obsatar Sinaga Soal Nasib Prabowo Subianto di Tahun Politik 2024

“Jadi, seolah-olah saya sedang ke rumah belakang rumah Pak Harto saja, karena Pak Nas tinggal di jalan Teuku Umar,” kata Prabowo dalam buku biografinya yang berjudul “Kepemimpinan Militer”.

Kunjungan Prabowo itu ia lakukan karena ia merasa Pak Nas adalah guru dan mentornya yang selama ini telah ikut mendidiknya, tanpa sadar bahwa hal itu bisa mempengaruhi karirnya.

“Saya tetap menghormati beiau, mendatangi keluarganya, tanpa rasa takut apa yang akan terjadi pada karir saya.”

Benar saja, tidak lama kemudian beberapa senior Prabowo menegurnya. Bahkan, beberapa orang di sekitar Pak Harto saat itu menuduhnya tidak loyal pada Pak Harto.

Baca Juga: Jarang Diungkap Inilah Kesaksian Prabowo Subianto : Pak Harto Tidak Selalu Turuti Kemauan Bu Tien

Maklum, Pak Nas saat itu adalah anggota Petisi 50 yang secara politik berseberangan dengan Pak Harto.

“Bahkan mungkin itu yang menjadi sumber tuduhan pada tahun 1998, saya mengkhianati Pak Harto dan berusaha melakukan kudeta,” ujarnya.

Saat itu Prabowo menjawab, Jendral Nasution adalah salah satu pendiri TNI, apa pun sikap politiknya harus tetap kita hormati.

“Kalau pun saya memelihara silaturahim dengan Pak Nas bukan berarti saya ikut garis politik beliau,” timpalnya. “Lagi pula, masa kita harus memusuhi seorang senior hanya karena beda pandangan.” katanya.

Baca Juga: Prabowo Subianto Temukan Prasasti Zaman Belanda di Kolam Renang Manggarai Jakarta, Isinya Mengejutkan!

Tak urung Prabowo dapat kesulitan juga dengan sikapnya itu. Apalagi, selain Pak Nas, ada tokoh-tokoh petisi 50 seperti Letjend HR Darsono dan Letjend Kemal Idris yang dekat dengan orang tua Prabowo.

Mereka sering berada di rumah orang tuanya dan terus menjalin silaturahmi. Bahkan, saat Letjend Sarwo Edhie yang seolah-olah disingkirkan oleh kalangan Pak Harto, Prabowo tetap menjenguknya.

“Karena kami ingin memberi contoh, kita harus menghormati siapa pun yang berjasa pada tentara, bangsa, dan negara.”

“Justru orang-orang yang dikucilkan itu haru dinguk. Bukan karena kita akan ikut garis politik mereka, tapi sebagai bentuk silaturahmi kemanusiaan.” ujarnya.

Baca Juga: Jenderal M. Jusuf, Panglima Sederhana, Ini Kenangan dan Tanggapan Prabowo Subianto

Prabowo pertama kali bertemu dengan Pak Nas pada saat ia menjadi taruna Akabri di Magelang. Kala itu, Pak Nas sering datang ke sana untuk memberikan ceramah pada beberapa kesempatan.

Selain itu, Pak Nas adalah sahabat dekat Brigjen dr Sajiman, kepala RST Magelang. Sementara, Prabowo sering pesiar ke keluarga Sajiman.

Dari situlah Prabowo kenal dengan Pak Nas dan istrinya. Akhirnya, Prabowo mengenal perjuangan Pak Nas sebagai salah satu pendiri TNI dan Panglima Komando Jawa di bawah Panglima Besar Jendral Soedirman.

Selama karir Prabowo dari Kapten sampai Letjend, ia terus merawat hubungan baiknya dengan Pak Nas. Padahal, waktu itu Pak Nas masuk anggota Petisi 50 yang diperlakukan seolah-olah paria atau semacam persona non-grata oleh rezim Orde Baru.

Baca Juga: Orang ini Berani Menempeleng Prabowo Subianto, Siapa Dia dan Apa Masalahnya?

Karena itu, Prabowo sangat terharu saat namanya disebut-sebut Pak Nas ketika beliau sakit. Prabowo sempat membesuknya , tapi ketika dia sakit lagi, Prabowo lagi ada di Lybia.

Kala itu, Lybia sedang kena embargo dari negara-negara Barat, sehingga pesawat yang keluar masuk hanya seminggu sekali.

Dia pun kesulitan kembali ke tanah air untuk menjenguk Pak Nas. Ketika akhirnya Prabowo kembali ke Indonesia, Pak Nas sudah meninggal dunia.

“Saya sangat kehilangan sosok guru, panglima, dan pemimpin yang pantas diteladani,” kata Prabowo, sedih. ***

Editor: Sarnapi

Sumber: Buku Kepemimpinan Militer

Tags

Terkini

Terpopuler