Perang Baliho Capres 2024 Saat Krisis, Munculkan Misteri dan Teka-teki, Ini Penjelasannya

6 September 2021, 16:23 WIB
Meski pilpres masih cukup lama, tapi kini sudah ramai perang baliho /Istimewa/

 JURNAL SOREANG- Pandemi menuntut kita untuk beradaptasi, berpikir , dan berperilaku, di masa yang sulit seperti sekarang ini.

Namun kini malah bermunculan berbagai macam baliho Capres 2024 dari para politisi yang kini menduduki jabatan pemerintahan.

"Entah tujuannya apa, alih-alih memikirkan solusi yang tepat untuk mengatasi pandemi, dan memenuhi keinginan publik, tetapi kehadiran baliho tersebut tidak memberikan jawaban pasti atas apa yang dihadapi masyarakat pada umumnya," kata mahasiswa S-2 Fikom UNPAD, Galang Ikhwan Aji Sabda, S.I.Kom, dalam pernyataannya, Senin 6 September 2021.

Baca Juga: Disinggung soal Capres 2024 dalam Forum PRMN Klarifikasi, Ganjar Pranowo: Bansos aja masih Banyak Masalah

Dia menambahkan, baliho tersebut bersifat komunikasi satu arah, hanya mereka yang ingin didengar, akan tetapi tidak mau mendengar apa kemauan masyarakat.

"Hal ini juga merujuk kepada hasil  webinar yang diselenggarakan oleh BEM dan Himpunan Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia ini, yang dilaksanakan Sabtu, 4 September 2021 kemarin, dengan mengangkat tema “Perang Baliho di Tengah Pandemi : Tragedi atau Komedi?” yang diisi oleh narasumber hebat seperti Prof. Karim Suryadi , Prof. Didi Sukyadi , Prof. Ibnu Hamad dan Erwin Kustiman," katanya.

Baliho merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu, atau tanda untuk menyampaikan sesuatu.

Baca Juga: Muncul Gagasan Pasangan Capres dan Cawapres Jokowi-Prabowo, Rocky Gerung Sebut Mereka Akan Kalah dengan ini

"Jika kita perhatikan lebih lanjut, sebenarnya baliho tersebut memberikan isyarat atau tanda pada kita. Tanda itu adalah sesuatu yang mewakili lainnya," katanya.

Terdapat perang baliho antara Mbak Puan, Cak Imin, Pak Airlangga, dll. "Baliho tersebut itu mewakili siapa? yang bisa kita bisa baca tanda tersebut itu bisa saja mewakili partai,  keluarga, kepentingan pribadinya kah atau siapa?Tanda memiliki 2 fungsi, yaitu untuk menyampaikan kebenaran atau kebohongan. Di balik baliho-baliho tersebut sebenarnya ada misteri apa di belakangnya," katanya.

Apakah baliho digunakan untuk menyampaikan kebenaran, atau hanya ber-dramaturgi saja, memainkan panggung depan yang baik sedangkan dibelakangnya memiliki maksud untuk membohongi masyarakat?

Baca Juga: Airlangga Hartarto Makin Naik Elektabilitasnya sebagai Capres, Ace Hasan: Ini Apresiasi Kinerjanya

"Apakah baliho tersebut suatu pesan yang dirasakan, dipikirkan secara tulus dari hati atau hanya digunakan untuk menipu kita agar membawa kita ke arah yang salah dalam tujuan yang salah," katanya.

Di dalam tanda terdapat dua hal yaitu ada konsepnya dan ada penyampainya. Masih terdapat teka-teki dari pemasangan baliho terkait makna yang ingin disampaikan.

" Dalam memahami tanda tersebut, kita harus menggunakan semiotika. Semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan symbol," katanya.

Dalam semotik, komunikasi merupakan proses yang diantarai oleh tanda, kita tidak bisa tahu apa yang mereka pikirkan dan dirasakan oleh orang.

Baca Juga: Meski Pilpres 2024 Masih Lama tapi Bursa Capres Bermunculan, Fahri Hamzah: Kalau Mau Manggung, Ide Lu Apa?

"Untuk memperoleh makna bersama bacalah/tafsirkanlah tanda (icon, indeks, simbol) tanda dan makna jadi kunci. Kita tidak bisa tahu apa yang ingin disampaikan dari pemasangan baliho tersebut sebelum kita menafsirkan tanda atau simbol yang melingkupi baliho tersebut," katanya yang juga pembina Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jabar.

Untuk memahami hal tersebut kita harus bisa membedakan antara symbol dan tanda.  Secara sederhana perbedaan antara tanda dan simbol, yakni tanda memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak berlaku demikian.

"Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam menyusun sebuah pesan tanda mutlak diperlukan. Tanpa memahami teori tanda maka pesan yang disampaikan dapat membingungkan komunikan (West & Thurner, 2017)," katanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler