Ini Penjelasan Mentan Terkait Sulitnya Pengembangan Kedelai di Indonesia

Sam
4 Januari 2021, 17:13 WIB
Ilustrasi Kedelai /klikdokter.com/

JURNAL SOREANG - Bahwa pengembangan produksi kedelai oleh petani lokal, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengakui, hal tersebut sulit dilakukan, mengingat komoditas kedelai tidak memiliki kepastian pasar dibandingkan komoditas pangan lainnya.

Hal itu mengingat, karena kedelai masih diposisikan sebagai tanaman selingan bagi tanaman utama lainnya seperti padi, jagung, tebu, tembakau, dan bawang merah.

"Kondisi ini menyebabkan pengembangan kedelai oleh petani sulit dilakukan. Petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain yang punya kepastian pasar." kata Syahrul.

Baca Juga: Dipastikan Abu Bakar Baasyir Bebas Murni Jumat Ini

Ia menjelaskan, pemenuhan kedelai secara mandiri sangat diperlukan, mengingat kebutuhan kedelai sebagai bahan baku untuk produksi tempe dan tahu setiap tahunnya semakin bertambah.

Dalam hal ini, Pemerintah terus berupaya menekan impor kedelai yang hingga saat ini masih tinggi.

"Tapi kami terus mendorong petani untuk melakukan budi daya. Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting hingga implementasinya di lapangan," kata Syahrul usai melakukan Rapat Koordinasi dan MoU pengembangan serta pembelian kedelai nasional di Kantor Kementan Jakarta, Senin 4 Januari, seperti dilansir dari Antara.

Baca Juga: Saksikan Malam Ini Hujan Meteor Quadrantid Bakal Terjadi di Seluruh Langit Indonesia

Melonjaknya harga kedelai ini, menurut Kementerian Perdagangan, dikarenakan kenaikan permintaan konsumsi dari China sebagai negara importir kedelai terbesar dunia.

Selain itu, kata Syahrul, masalah ketergantungan impor dan dampaknya terhadap harga merupakan masalah global yang berimbas dari negara asal produsen, yakni Amerika Serikat.

Indonesia yang menjadi negara importir kedelai setelah China pun akhirnya turut merasakan dampak dari kurangnya pasokan komoditas tersebut.

Baca Juga: Jangan Coba-coba Sepeda Motor Anda Menggunakan Knalpot Bising, Ini Akibatnya

Kenaikan harga kedelai ini menjadi beban bagi para perajin tahu dan tempe yang terpaksa harus meningkatkan harga jual.

"Tidak hanya di Indonesia ada kontraksi seperti ini, di Argentina misalnya juga terjadi polemik polemik terkait produksi kedelai," tutur Syahrul.

Oleh karena itu Pemerintah khususnya di Kementan akan fokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri.

Produksi kedelai dalam negeri harus bisa bersaing, baik dari kualitas maupun harganya melalui perluasan areal tanam.

Baca Juga: Ribuan Personel Gabungan, Amankan Jalannya Persidangan Praperadilan Habib Rizieq Shihab

Kemudian, lanjut Syahrul, mengsinergikan para integrator, unit-unit kerja Kementan, dan pemerintah daerah, sehingga kebutuhan akan kedelai bisa segera terpenuhi dengan harga yang sesuai dan stabil.

"Kami sudah bertemu dengan jajaran Kementan dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari kementerian dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan kedelai nasional kita lebih cepat," kata Syahrul.***

 

Editor: Sam

Tags

Terkini

Terpopuler