Hihihi, Dari Kotoran Telinga Bisa Ungkap Tingkat Stres Anda

- 9 November 2020, 17:10 WIB
ILUSTRASI Telinga. Ternyata dari kotoran telinga bisa tahu tingkat stres seseorang.
ILUSTRASI Telinga. Ternyata dari kotoran telinga bisa tahu tingkat stres seseorang. /unsplash.com/jessica flavia

JURNAL SOREANG- Kehidupan saat ini yang makin susah membuat sebagian masyarakat menjadi stres bahkan depresi. Pengangguran, penyebaran virus, maupun susahnya berusaha tentu jadi faktor penyebab stres.

Ternyata ada cara mudah untuk mengetahui tingkatan stres. Seberapa berat stres termasuk kesehatan mental orang yang mengalami depresi dan cemas bisa dianalisis melalui kotoran telinga.

Hal ini terungkap dalam sebuah studi dalam jurnal Heliyon pada 2 November lalu.
Dalam studi percontohan dengan 37 orang partisipan itu, para peneliti yakni Andrés Herane-Vives dan koleganya di University College London's Institute of Cognitive Neuroscience and Institute of Psychiatry menemukan, kortisol lebih terkonsentrasi di kotoran telinga daripada di rambut, sehingga lebih mudah untuk dianalisis.

Baca Juga: Bawaslu Terima Kembali Laporan Pengaduan Dugaan Pelanggaran Pemilukada 2020 Kabupaten Bandung

Apa itu kortisol? Ya, Kortisol adalah hormon penting yang melonjak saat seseorang stres dan menurun saat mereka rileks. Hormon itu sering kali meningkat secara konsisten pada orang dengan depresi dan kecemasan.

Menurut peneliti, seperti dilansir dari Livescience,  kotoran telinga stabil dan tahan terhadap kontaminasi bakteri, sehingga dapat dikirim ke laboratorium dengan mudah untuk dianalisis. Selain itu, kotoran telinga juga dapat menyimpan catatan tingkat kortisol selama berminggu-minggu.

Di sisi lain, teknik usap atau swab yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan kotoran telinga menurut para partisipan jauh lebih nyaman dari metode lain.

Baca Juga: Miris. Kalau Anda Minum Obat, 90 Persennya Bahan Import

Sebenarnya, selain kotoran telinga, metode pemeriksaan kortisol bisa juga melalui air liur, darah dan rambut.

Namun, sampel air liur dan darah hanya menangkap sesaat, dan kortisol berfluktuasi secara signifikan sepanjang hari.

Bahkan pengalaman berhadapan dengan jarum suntik untuk mengambil darah dapat meningkatkan stres, dan dengan demikian meningkatkan kadar kortisol.

Baca Juga: Pekan Ini 7 Daerah di Jabar Masuk Zona Hijau, Tetapi Zona Merah Bertambah Menjadi 3 Daerah

Sementara jika menggunakan sampel rambut, memang dapat memberikan gambaran singkat tentang kortisol selama beberapa bulan tetapi analisis rambut tergolong mahal.

Pemeriksaan melalui kotoran telinga sendiri sebelumnya juga menyakitkan karena melibatkan jarum suntik. Untuk itulah, Herane-Vives dan rekan-rekannya mengembangkan swab yang, jika digunakan, tidak akan lebih membuat stres.

"Setelah studi percontohan yang berhasil ini, jika perangkat kami dapat diteliti lebih lanjut dalam uji coba yang lebih besar," katanya.

Baca Juga: Alhamdulillah, Imam Masjid di Bekasi Akan Dapat Gaji Rp 2,5 Juta Sebulan. Ini Syaratnya

Peneliti berharap dapat mengubah diagnosis dan perawatan bagi jutaan orang dengan depresi atau kondisi terkait kortisol."Seperti penyakit Addison dan sindrom Cushing, dan kemungkinan banyak kondisi lainnya," kata peneliti dalam sebuah pernyataan seperti dikutip ANTARA, Minggu, 8 November 2020.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah