Melihat Akar Konflik Palestina dan Israel yang Sebabkan Ribuan Orang Tewas

- 28 Oktober 2023, 13:09 WIB
Asap mengepul dari serangan Israel di dekatnya seperti yang terlihat dari tenda kamp yang menampung warga Palestina yang terlantar, saat konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 26 Oktober 2023.
Asap mengepul dari serangan Israel di dekatnya seperti yang terlihat dari tenda kamp yang menampung warga Palestina yang terlantar, saat konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 26 Oktober 2023. /IBRAHEEM ABU MUSTAFA/REUTERS

JURNAL SOREANG - Perang  antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober yang lalu menjadi eskalasi terbaru dari konflik antara Israel dan Palestina. Sudah ribuan korban meninggal dunia dan ribuan pula yang luka-luka di kedua belah pihak.Tidak terhitung kehancuran infrastruktur di Gaza dan Israel.

Bila melongok kebelakang konflik Palestina dan Israel sudah  berusia lebih dari  75 tahun. Awal konflik dua negara ini dimulai saat  pemerintah Inggris  "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini"  dikenal dengan Deklarasi Balfour.

Intinya, kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang 90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina.

 

Mandat Inggris dibentuk pada 1923 dan berlangsung hingga 1948. Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi. 

Hal ini terjadi gelombang kedatangan yang cukup besar pasca gerakan Nazi di Eropa. Dalam gelombang migrasi ini, mereka menemui perlawanan dari warga Palestina.

Warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.   Bersamaan dengan itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata dan "pasukan kontra pemberontakan" yang terdiri dari para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus yang dipimpin Inggris.

Baca Juga: Para Siswa Ini Akan Gelar Kepedulian kepada Muslimin Palestina, Ini Bentuk Acaranya

Pada 1947, populasi Yahudi telah membengkak menjadi 33% di Palestina, namun mereka hanya memiliki 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.

Palestina menolak rencana tersebut karena rencana tersebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur.

Pada saat itu, warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67% populasinya.

 

Mengutip keadaan itu , sejalan dengan firman Allah SWT : (Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya, tanpa alasan yang benar hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.( Al Haj : 40).

Gerakan Zionis menguasai hampir  78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya yang sebesar 22% dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.

Pada 15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendiriannya. Keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.

Baca Juga: Indonesia Kecam Tindak Kekerasan dan Serangan di Palestina, Presiden Jokowi: Indonesia Tidak Akan Tinggal Diam

Pada 5 Juni 1967, Israel menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir selama Perang 6 Hari melawan koalisi tentara Arab.

Bagi sebagian warga Palestina, hal ini menyebabkan perpindahan paksa kedua, atau Naksa, yang berarti "kemunduran" dalam bahasa Arab. Intifada atau yang berarti perlawanan dalam Bahasa Arab dilakukan Palestina pertama kali di Jalur Gaza pada Desember 1987. 

Selama Intifada, Israel menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perekonomian dan infrastruktur Palestina. Israel menduduki kembali wilayah  dan memulai pembangunan tembok pemisah yang seiring dengan maraknya pembangunan pemukiman, menghancurkan mata pencaharian dan komunitas warga Palestina.

 

Pemimpin PLO Yasser Arafat meninggal pada tahun 2004. Setahun kemudian, Intifada kedua berakhir, permukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel serta 9.000 pemukim meninggalkan daerah kantong tersebut. Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza, dan Fatah kembali menguasai sebagian Tepi Barat. Pada bulan Juni 2007, Israel memberlakukan blokade.

Bila kita amati dengan seksama konflik antara Palestina dan Israel  bukanlah semata konflik agama. Ini semata mata karena Israel merebut tanah Palestina dengan menghalalkan segala cara baik intimidasi maupun kekerasan.

Bagaimana Palestina itu ada dan berdiri sebelum Israel mencaplok wilayah Palestina dapat kita cermati dari firman Allah SWT psda  surat Al Isra ayat 173 disebutkan bahwa  tanah Palestina merupakan tanah yang diberkahi, dibuktikan dengan Nabi Musa as dan pengikutnya yang dalam kejaran Fir'aun dan pasukannya, hingga akhirnya saat sampai di tanah Palestina, pertolongan Allah datang dengan menenggelamkan Fir'aun beserta pasukannya dan menyelamatkan Nabi Musa as.

Baca Juga: Jemaah Persis Mulai Kumpulkan Dana untuk Bantuan Palestina, Ustaz Budiman: Ini Tanda Cinta dan Taat

"Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (Dengan demikian) telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Kami hancurkan apapun yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa pun yang telah mereka bangun."

Surat  Al-Isra’ ayat 137 ini melanjutkan pemberitaan tentang umat Nabi Musa, dengan menyatakan bahwa Kami tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun bersamanya dan Kami wariskan kepada kaum tertindas itu, yaitu Bani Israil, bumi bagian timur dan bagian baratnya, yaitu Negeri Syam, Mesir, dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir’aun dahulu, yang telah kami berkahi dengan berbagai nikmat yang berupa tanaman , buah-buahan, dan sungai-sungai, serta aneka nikmat lainnya.

Begitu juga firman Allah SWT yang lainnya :  Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri.( Al Maidah 82).

 

Tanah Palestina merupakan tanah kenabian dan tanah umat Islam. Tidak ada satu pun orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT yang berhak menguasai tanah Palestina.

Dasarnya ialah surat Al Maidah ayat 21, yakni :"(Nabi Musa AS berkata), Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh) sehingga kamu menjadi orang-orang yang merugi".

Allah SWT juga memerintahkan mereka untuk mengusir orang-orang kafir dari sana, karena tanah Palestina adalah tanah Islam. Tidak boleh bagi orang-orang kafir untuk menguasai dan memerintah rakyatnya di tanah tersebut dalam kekafiran dan kemusyrikan.

Baca Juga: PP Persis Sikapi Perang Israel dan Palestina, Berikut Ajakan Ustaz Jeje Zaenudin pada Kaum Muslimin Indonesia

Meski begitu, ayat itu dijadikan oleh orang Yahudi sebagai dasar atau bukti bahwa tanah Palestina milik mereka. Padahal, yang dituju dari ayat tersebut, yakni kaum yang diperintahkan untuk memasuki tanah Palestina adalah para pengikut Nabi Musa AS yang beriman kepada Allah SWT.

 Hal itu tak lepas karena Nabi Musa AS dan semua nabi, agama mereka adalah Islam. Dasarnya ialah surat Ali Imran ayat 19 . Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya" (QS Ali Imran ayat 19).

Namun, tetap saja orang-orang Yahudi mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT meski nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad telah diambil sumpahnya untuk mengaku kenabian Muhammad SAW.

 

 Alquran bahkan mengabadikan bagaimana para nabi (sebelum Nabi Muhammad) berjanji kepada Allah untuk mengakui kenabian Muhammad SAW. Hal ini dengan terang tercantum dalam surat Ali Imran ayat 81:"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah berfirman: 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?' Mereka menjawab: 'Kami mengakui.' Allah berfirman: 'Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu'" (QS Ali Imran ayat 81).

Mari kita bersama-sama membaca doa qunut nazilah untuk rakyat Palestina terutama dijalur  Gaza memerangi kaum zionis.***

Dede Supriatna, Penulis adalah pensiunan dan peserta Takhasus Kulliyatul Muballighin Yayasan Assyakur Lingga

 

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah