Batas-Batas Toleransi dalam Islam dan Maknanya  

- 22 Juli 2023, 22:12 WIB
Ilustrasi toleransi. Jawa Barat adalah provinsi yang toleran dan anti kekerasan ekstrem menurut survei LSI.
Ilustrasi toleransi. Jawa Barat adalah provinsi yang toleran dan anti kekerasan ekstrem menurut survei LSI. /Foto : Pixabay/JummyKU

 

 

JURNAL SOREANG – Adanya perbedaan di tengah masyaeakat tak jarang menjadi penyebab terjadinya ketidakharmonisan. Itu sebabnya diperlukan sikap tenggang-rasa, saling menghargai dan menghormati, atau toleransi.

 

Agar hidup nyaman, orang sangat memerlukan sikap toleransi itu. Tujuannya, untuk menghindarkan terjadinya diskriminasi, konflik, dan berbagai dampak buruk yang timbul karena perbedaan.

 

Namun, toleransi ada batas-batasnya. Dalam Islam, masalah muamalah maliyah umat Islam dapat berhubungan dengan non muslim selama objek yang ditransaksikan dan akadnya dibolehkan dalam Islam.

Baca Juga: Haedar Nashir Ingin Umat Islam Tumbuh Jadi Konglomerat 

Ada toleransi yang dilarang, yaitu toleransi dalam masalah aqidah. Artinya, muslim dilarang mempertukarkan aqidah, atau turut serta dalam peribadatan agama lain, atau mengikuti ajaran agama lain.

 

Hal ini dapat dibuktikan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw, yaitu QS Al-Kafirun : 1-6, yang artinya:

 

“Katakanlah: ‘Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah’,” dan seterusnya.

Baca Juga: 900 Santri Ikuti Tradisi Muwadaah di Pondok Pesantren Al Falah Bandung 

QS Al-Baqarah: 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas yang benar dari jalan yang sesat,” dan seeterusnya.

 

Dalam kehidupan Rasulullah saw, beliau juga telah menunjukkan diri sebagai orang yang sangat toleran. Sebagai contoh dalam Piagam Madinah, Rasulullah saw. siap bekerjasama dengan orang-orang non muslim, untuk saling melindungi kalau di serang musuh.

 

Toleransi (dalam bahasa Arabnya “tasamuh”) telah banyak diajarkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya.

 Baca Juga: Pesantren Al Falah Bandung Jadi Unggulan Bentuk Santri Penghafal Al Qur'an yang Menjauhi Maksiat

Rasulullah saw. paham betul bahwa masyarakat Arab yang menjadi obyek dakwahnya terdiri dari berbagai suku. Apalagi di lingkungan bangsa Arab sendiri, sikap kesukuan sangat tinggi, yang terdiri dari banyak kabilah.

 

Muslim harus menghormati keyakinan orang lain, tetapi tetap ada batasannya, seperti ungkapan: ‘Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku’.***

 

 

*) Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYoutube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang –e

 

 

Editor: Drs Tri Jauhari

Sumber: MUI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah