Aku hampir menganggap kitab-kitab yang telah aku buka ; dari Matan, Syarah, Hasyiah, dan Taqrirot adalah kitab yang sangat lemah dan tidak lengkap, karena penjelasan terkait kalimah ini tidak ada. Bahkan aku hampir menuduh buruk, bahwa ; jangan-jangan pengarangnya yang salah.
Baca Juga: 5 Tanda Guru Berkelas, Nomor 3 Sangat Jarang Loh!
Kemudian aku mencurigai akalku terlebih dahulu sebelum aku melayangkan tuduhan ke mereka. Pikirku, andai ada kesalahan dalam redaksi pengarang yang digunakan, pastinya paling tidak ada satu yang mengomentari dan sadar dari puluhan Ulama yang mensyarah kitab tersebut.
Maka bisa dipastikan mustahil, kalau mereka semua sepakat akan suatu kesalahan. Berarti, boleh jadi bukan pengarang yang salah, dan bukan pula kitab-kitab mereka yang kurang lengkap, tapi akal dan pemahamanku yang mungkin bermasalah.
Maka sejak itu, aku putuskan untuk menemui guruku dan menanyakan hal tersebut.
Dari perjumpaan itu, aku-pun di dawuhi :
“Wahai Anakku, tidaklah suatu ilmu yang dipelajari hanya dari Kitab -tanpa seorang guru, kecuali akan menyesatkan. Maka, ilmu harus dipelajari dari seorang guru, untuk memperjelas perkara-perkara yang samar, untuk men-taqyid perkara-perkara yang mutlak, untuk memperinci perkara-perkara yang universal, dan untuk menjelaskan perkara yang dikehendaki dari sebuah istilah”
“Andaikan hanya dengan kitab seseorang bisa mengambil ilmu -tanpa seorang guru yang menjelaskan-, tentu Allah tidak mengutus seorang Rasul untuk menjelaskan Kitab-Nya, tentu Allah tidak akan mengambil janji dari mereka-mereka yang diberikan Kitab untuk menyampaikannya ke orang-orang, dan tentu Allah juga tidak akan memasangkan kendali dari neraka bagi orang-orang yang diberi amanat ilmu tapi menyembunyikannya. Karena kitab-kitab ilmu dapat dikonsumsi oleh siapapun, baik yang jauh ataupun yang dekat, tapi tidak dengan ilmu”
Wahai Anakku, sesungguhnya redaksi yang benar adalah :