merupakan Seorang muslim yang benar/jujur selalu mengisi hidupnya dengan cara terdidik, halus perasaan, tak terbetik dalam hatinya niat untuk melakukan perbuatan tercela yang dapat mengganggu orang lain, dan tidak pula mengkebiri hak orang lain.
Yang demikian itu bahwa semua sifat tercela itu dapat terkubur oleh sifat pemalu. Tidak cukup rasa malu itu hanya tertuju kepada manusia, tetapi bahkan lebih besar di hadapan Allah.
Karena sifat malu itu, dia tidak berkenan mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman. Di sinilah jelas bahwa sifat pemalu merupakan cabang dari iman.
Ikatan moral yang berlandaskan iman kepada Allah dan hari akhir memungkinkan insan muslim dapat berlaku ihlas secara mendalam, terhadap yang lain. Keteguhan ahlak inilah yang pada gilirannya di kemudian hari dapat merubah keadaan.
Malunya terhadap Allah terpancar dalam rahasia hatinya, sebelum muncul rasa malunya terhadap sesama manusia secara lahiriah. Sifat pemalu terhadap Allah inilah yang membedakan dan sekaligus merupakan garis demarkasi antara ahlak seseorang muslim dan moral non muslim.***