Tradisi dan Budaya Suku Bali yang Masih Dilestarikan Hingga Saat Ini, Salah Satunya Tradisi Mekare Kare

- 13 November 2021, 16:34 WIB
Tradisi dan Budaya Suku Bali yang Masih Dilestarikan Hingga Saat Ini, Salah Satunya Tradisi Mekare Kare
Tradisi dan Budaya Suku Bali yang Masih Dilestarikan Hingga Saat Ini, Salah Satunya Tradisi Mekare Kare /

JURNAL SOREANG - Budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur, jika dilestarikan sampai sekarang ini tentu akan menjadi sebuah tradisi unik, salah satunya adalah Suku Bali.

Budaya dan tradisi Suku Bali memang memiliki keunikan masing-masing dan tidak terdapat di daerah lainnya.

Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, berikut adalah tradisi dan budaya Suku Bali.

1. Mekare-Kare

Mekare-kare ini dikenal juga dengan perang pandan, tradisi unik di pulau Bali hanya dilakukan di desa tradisional Tenganan, Karangasem yang dikenal juga sebagai desa Bali Aga.

Baca Juga: Mengenal Suku Bali Aga, Masyarakat Pertama yang Mendiami Pulau Dewata

Perang dilakukan berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing memegang segepok pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan juga merupakan salah satu desa Bali Aga.

Ritual atau prosesi tersebut bertujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang merupakan dewa Tertinggi bagi umat Hindu di Tenganan.

2. Mekotek

Tradisi Mekotek di Munggu, prosesi atau ritual Mekotek ini hanya bisa ditemukan di desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung.

Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon keselamatan.

Baca Juga: Tradisi di Pulau Bali yang Masih Dilestarikan, Nomor 5 Ada Pemakaman Unik

Pada mulanya tradisi Mekotek, menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar peserta tidak ada yang terluka, maka digunakanlah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 meter yang kulitnya sudah dikupas sehingga terlihat halus.

3. Omed-Omedan

Tradisi unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan.

Digelar setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam.

Prosesi ini hanya diikuti oleh muda-mudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13 tahun.

Baca Juga: Budaya Unik Suku Bali, Salah Satunya Pawai Ogoh Ogoh, Ini Maksudnya

Omed-omedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang dibarengi dengan adegan ciuman di antara keduanya.

Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi.

4. Pemakaman Desa Trunyan

Jika ada orang meninggal di desa Trunyan, maka tubuh atau jasad orang tersebut hanya diletakkan di bawah pohon Menyan.  Jasad tersebut diletakkan di atas tanah tanpa dikubur, hanya dipagari oleh bambu (ancak saji) agar tidak dicari oleh binatang atau hewan liar.

Anehnya tidak sedikitpun dari jasad tersebut berbau busuk, sampai akhirnya tinggal tersisa tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nantinya diletakkan pada sebuah tempat di kawasan tersebut.***

Editor: Sarnapi

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah