Tidak Ada di Brunei Darussalam, India Maupun Jepang, Simak Budaya Suku Osing yang Unik

- 8 November 2021, 08:30 WIB
Salah satu budaya suku Osing yang unik yakni menjemur kasur "berjemaah".
Salah satu budaya suku Osing yang unik yakni menjemur kasur "berjemaah". /

JURNAL SOREANG - Suku Osing atau suku Using adalah penduduk asli daerah Banyuwangi.Menurut cerita masyarakat, Suku Osing merupakan keturunan rakyat Kerajaan Blambangan yang mengasingkan diri pada zaman Majapahit.

Nama Osing diberikan oleh penduduk pendatang yang menetap di daerah itu pada abad ke-19.

Kata Osing atau Using memiliki arti tidak, hal ini menunjukkan sikap warga yang menolak pengaruh dari luar pada zaman dulu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Osing yang merupakan turunan dari bahasa Jawa Kuno.

Baca Juga: Keunikan Suku Tengger yang Hanya ada di Indonesia, Tidak Ada di Negara Putri Mako

Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, berikut adalah keunikan Suku Osing.

1. Bahasa suku Osing

Suku Osing mempunyai bahasa sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa tersebut merupakan keturunan langsung dari Bahasa Jawa kuno.

Ada dua jenis sistem bahasa yang digunakan dalam Bahasa Osing yaitu Bahasa Osing (bahasa sehari-hari) dan goko-krama.

Tak hanya mempertahankan adat dengan berbahasa Osing dalam kehidupan sehari-hari, suku tersebut juga memiliki lagu adat sendiri.

Baca Juga: Fakta Menarik Suku Tengger, Suku Asli yang Menjaga Tradisi yang Berbeda dengan Tradisi India

2. Tradisi Mepe Kasur

Suku Osing memiliki tradisi yang cukup unik yaitu Mepe Kasur atau menjemur kasur. Jika tempat lain menjemur kasur atau tempat tidur hanya dilakukan ketika kasur basah, maka beda halnya dengan suku Osing.

Mepe kasur merupakan tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Dzulhijjah bersamaan dengan acara selamatan desa.

Tradisi ini dipercaya masyarakat Osing dapat menjaga kerukunan dan semangat bekerja dalam rumah tangga. Biasanya pada hari perayaan, seluruh masyarakat desa akan Mepe Kasur secara bersamaan.

Kerukunan pun terlihat dari warna kasur yang digunakan masyarakat, yakni warna merah dan hitam yang melambangkan tolak balak dan kelanggengan keluarga.

Baca Juga: Keunikan Suku Tengger, No 2 Tradisi yang Khas dan Tidak ada di Brunei Darussalam atau Jepang

3. Tumpeng Sewu

Tumpeng Sewu merupakan tradisi makan besar. Tradisi ini masih tetap dilestarikan oleh suku asli Banyuwangi hingga saat ini.

Perayaan Tumpeng Sewu sendiri rutin dilakukan pada bulan Dzulhijjah atau yang lebih umum dengan sebutan bulan Haji.

Tradisi ini dipercaya suku Osing dapat menjauhkan dari malapetaka. Upacara Tumpeng Sewu ini menjadi semacam tradisi tolak bala.

Selain itu, suku tersebut memiliki kepercayaan, jika upacara Tumpeng Sewu tidak dilaksanakan, maka musibah akan mendatangi wilayah yang mereka tinggali.

Baca Juga: Keunikan Suku Bawean, Nomor 3 Menjadi Hal yang Paling Unik

Dalam tradisi upacara Tumpeng Sewu, beragam makanan dihidangkan, dan yang tak boleh ketinggalan adalah pecel pitik, yakni ayam panggang yang diberi parutan kelapa dan bumbu khas suku Osing.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah