Profesi Petani Terancam Punah! Anggota Kodim 0613 Minta Pemkab Ciamis Keluarkan Himbauan Antar Nasi ke Sawah

- 2 September 2023, 10:38 WIB
Anggota Kodim 0613 Ciamis, Feri Sanjaya yang saat ini menggeluti sektor pertanian cabai rawit.
Anggota Kodim 0613 Ciamis, Feri Sanjaya yang saat ini menggeluti sektor pertanian cabai rawit. /Kayan/Jurnal Soreang

JURNAL SOREANG - Kabupaten Ciamis dikenal dengan daerah agraris, karena di beberapa wilayah Ciamis, sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau hidup dari bercocok tanam.

Wilayah Kabupaten Ciamis dengan sektor pertanian di antaranya ada Kecamatan Purwadadi, Lakbok, Banjarsari, Banjaranyar, Lumbung, Panjalu dan lain-lain.

Namun kini sebutan itu tampaknya perlu dipertanyakan lagi. Pasalnya, profesi petani tak lagi mendominasi mata pencaharian penduduk di beberapa wilayah Kabupaten Ciamis.

Baca Juga: Tips Kesehatan! Istri Wajib Tau, 5 Makanan ini Bisa Buat Miss V Lebih Harum

Hal itu diungkapkan langsung oleh Aktivis Pertanian Kabupaten Ciamis, Juan Aldebaran. Ia menyebut, dari tahun ke tahun, semakin banyak petani yang memilih alih profesi.

Sebab Profesi tersebut kian tak diminati di Indonesia, sehingga membuat jumlah petani yang ada terus menurun dan menimbulkan ancaman punahnya profesi petani.

Ia menyebut, ancaman tersebut bukan isapan jempol belaka. Pada tahun 2021, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkap data mencengangkan terkait hal ini.

"Bappenas bahkan memperkirakan pada 2063 tak ada lagi profesi petani. Hal ini seiring dengan turunnya pekerja di sektor pertanian," ujarnya, Jumat 1 September 2023.

Baca Juga: Info Kesehatan! Mandi Malam Membahayakan? ini Fakta Sebenarnya

Sementara, Anggota Kodim 0613 Ciamis, Feri Sanjaya yang saat ini menggeluti sektor pertanian cabai rawit bersama pemuda milenial mengatakan, saat ini memang banyak anak muda dari daerah yang memilih berangkat ke kota untuk menjadi buruh pabrik, karena tidak tertarik dengan sektor pertanian.

"Akan tetapi, tidak bisa menyalahkan mereka yang lebih memilih ke kota sebagai buruh pabrik. Kebanyakan dari mereka yang tidak tertarik menjadi petani di kampungnya sendiri, karena anak-anak muda itu tidak kenal dan tidak mencintai bidang pertanian," ucapnya.

Padahal kalau dikalkulasi, kata Dia, buruh pabrik di kota dan buruh tani di kampung itu, akan lebih besar penghasilannya sebagai tani di kampung.

Jika buruh tani upahnya Rp 80 ribu sehari dengan dikasih makan dan rokok, dan upah buruh pabrik Rp 150 ribu sehari, tanpa diberi makan dan rokok, ditambah harus ngontrak atau sewa rumah.

Baca Juga: 10 Gelandang Termahal Liga Arab, Mantan Punggawa Liverpool, Chelsea dan Barcelona Kalah Mahal dari Pemain ini!

"Di kampung lebih irit sebetulnya, rumah ada enggak harus ngontrak, makan dikasih. Makanya kalau dikalkulasi akan lebih besar upah tani di kampung," jelasnya.

Apa faktor-faktor penyebab kaum milenial tidak menyukai sektor pertanian? Menurut Dia, permasalahannya ada di orang tua mereka. Seharusnya orang tua itu mengenalkan kepada anaknya, minimal sekadar mengantarkan nasi dan air ke sawah atau kebun.

"Seperti orang tua jaman dulu, kalau bapaknya lagi di sawah, si anak sebelum berangkat sekolah itu, disuruh nganterin dulu nasi ke sawah. Tidak disuruh kerja pun, minimal anak kan jadi kenal jadi tahu terhadap pertanian, setelah kenal tumbuhlah cinta," ungkapnya.

Ia mengatakan, jangan hanya berbicara bahwa petani di Indonesia terancam akan punah, jangan mengatakan bagaimana ke depan jika tidak ada lagi petani. Tapi tunjukan rasa kekhawatiran itu dengan cara mengenalkan pertanian terhadap anak.

Baca Juga: Bertabur Bintang! 10 Penyerang Termahal Liga Arab, Neymar dan Karim Benzema Termasuk, Cristiano Ronaldo?

"Kalau hanya berbicara petani terancam akan punah, ya jelas itu salah orang tua kita sendiri, kenapa tidak mau memperkenalkan tani kepada anaknya. Bukan salah guru, bukan juga salah pemerintah, karena walau bagaimana pun, pemerintah sudah besar menggelontorkan anggara untuk sektor pertanian," ungkapnya.

Apalagi, lanjut Dia, saat ini ada program ketahanan pangan di desa, manfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif dengan program tersebut. Untuk itu, jangan anti untuk mengenalkan pertanian terhadap anak-anak.

"Kerena jika sudah tahu pertanian, mungkin dari beberapa ribu anak, ada sekian persen yang memiliki ketertarikan terhadap dunia pertanian," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Ciamis, kata Dia, menghimbau atau menggalakkan magrib mengaji, atau solat magrib berjamaah, dari sekian ratus ribu penduduk ciamis pasti ada yang mengikuti himbauan itu.

Baca Juga: Liga Spanyol : Vinicius dan 5 Rekannya Cedera, Real Madrid Diprediksi Tetap akan Menang 3-1 atas Getafe

Ia juga menyampaikan, seharusnya dinas terkait mendorong Pemkab Ciamis untuk mengeluarkan himbauan Mengantar Nasi ke Sawah Sebelum Sekolah, agar pertanian dikenal sejak dini dan tumbuh rasa cinta dari anak terhadap dunia pertanian," paparnya.

"Di saat nanti si anak sudah jadi tentara, jadi ASN, Pejabat, kalau sudah kenal dan cinta terhadap pertanian. Walaupun bukan petani, mereka akan akan membuka lahan pertanian, atau jika punya modal akan mengembangkan sektor pertanian," jelasnya.

Menanggapi itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Uned Setiawan mengatakan, untuk pertanian saat ini belum masuk pada kurikulum pendidikan, akan tetapi untuk anak didik SD dan SLTP bisa dididik tentang pertanian oleh orang tuanya melalui kebiasaan, atau kembali pada kebiasaan orang tua jaman dulu.

"Saat ini, anak-anak didik tidak mengenal dan tidak suka pertanian apakah faktornya karena kesalahan orang tua atau anaknya terlalu manja, kita belum tahu ya," ucap Uned.

Baca Juga: Empat Mahasiswa Ma'soem University Ikuti Program ke Luar Negeri, Dadang: Jangan Minder Meski dari Kampung

Untuk itu, Dinas Pendidikan Ciamis saat ini, untuk mengenalkan pertanian terhadap anak didik sejak usia dini, walaupun belum masuk kurikulum tapi bisa dimasukkan pada muatan lokal atau mulok dan ekstrakulikuler.

"Selain itu juga, bisa diintegrasikan di mata pelajaran IPA. Bagaimana cara bercocok tanam yang benar dan lain-lain," tukasnya.***

Editor: Rustandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah