Berbagai kalangan dari mulai mahasiswa sampai eksekutif yang ingin mempelajari ilmu nahwu banyak yang menggunakan buku ini. Tidak heran kalau sampai saat ini sudah lebih dari 150 ribu copy buku ini tersebar ke seluruh Indonesia.
“Bahkan buku ini digunakan juga sebagai bahan ajar Ilmu Nahwu praktis di Malaysia”, tutur Ketua STAI Persis Garut ini.
Al-Muyassar ini merupakan rangkuman ilmu nahwu yang mengadaptasi metode praktis sehingga mudah dipahami para pemula, namun tidak juga terlalu enteng untuk pelajar tingkat lanjut. Ust. Aceng, demikian ia akrab disapa, menyusun kitab ini sejak tahun 70-an.
Baca Juga: Prof Atip Latifulhayat: Persis Harus Menghadirkan Islam Bukan Sekadar Menjelaskan Islam
Ia mengujicobakannya terlebih dahulu di berbagai tempat, baik kepada santrinya maupun kepada jamaah pengajiannya yang meminta diajarkan ilmu nahwu. Setelah diujicoba selama sepuluh tahun lebih, barulah buku ini dicetak.
Hasilnya sangat memuaskan. Saat ini siapapun yang belajar di Pesantren Persis, pasti akan mempelajari buku ini untuk pelajaran ilmu nahwu (gramatika Bahasa Arab).
Selain Al-Muyassar, buku fenomenal lain karangan KH Aceng Zakaria adalah Al-Hidâyah fî Masâ’il Fiqhiyyah Muta‘âridhah. Buku ini berisi tentang pembahasan perbedaan-perbedaan pendapat dalam fikih beserta pemecahannya.
Boleh dikatakan buku ini semacam buku fikih perbandingan (fiqih muqâranah) yang jarang ditulis oleh para ulama Indonesia, apalagi dalam bahasa Arab.
Baca Juga: Ternyata di Persis Juga Ada Klub PSG dan Komunitas Gowes, Muktamar Jadi Ajang Persatuan
Tidak heran bila Prof. Umar Hasyim, mantan Rektor Univ. Al-Azhar Mesir memberikan penghargaan yang sangat tinggi pada buku ini saat Ust. Aceng berkunjung menemuinya ke Mesir. Ia memberikan sambutan resmi untuk buku ini.