Baca Juga: Portugal Terbukti Lebih Tangguh Tumbangkan Ceko UEFA Nations League, Seleccao Pimpin Klasemen
Sejak kecil Gan Ema sangat menggemari dunia jurnalistik.
Berkiprah di beberapa media pada zaman pra kemerdekaan dan setelah merdeka.
Lingkungan Tatar Parahyangan dengan kekayaan budaya dan sosialnya menjadikan Ema sosok pembelajar yang tekun.
Sejak usia 9 tahun ia sudah mempelajari ilmu bela diri dari ayahnya yang memiliki perguruan pencak silat di Ciamis.
Pada tahun 1914 ia belajar pencak kepada Bapa Enung, ahli penca aliran Cimandé di Dayeuhkolot.
Di Batavia, 1918-1921, ia belajar penca kepada Bang Janibi ahli aliran 'ameng pukulan' dan kepada Bang Sabeni ahli aliran 'ameng Sabeni'. Dan kecintaannya pada dunia Sunda membawa Ema mengembara lebih jauh seiring perjuangan zaman melawan kolonialisme di Nusantara.
Bersama rekannya Raden Tubagus Umay Martakusumah, Ema kemudian mendirikan perkumpulan seni budaya “Sekar Pakuan” pada tahun 1933.
Keseriusan Ema pada budaya Kasundaan ditempa dengan penguasaan beberapa aliran penca lainnya seperti 'ameng Cikalong', 'ameng Sabandar', 'ameng Suliwa', dan 'ameng timbangan' dari ahli-ahli pencak di Provinsi Pasundan atau Jawa Barat.