JURNAL SOREANG- Tiga tahun pasca dicanangkannya program Citarum Harum oleh Presiden Joko-Widodo pada Januari 2018, Sungai Citarum belum menjadi sumber kehidupan bagi warga.
Banjir pada musim penghujan 2021 masih menjadi pengalaman buruk penduduk yang tinggal di sepanjang sungai.
Upaya-upaya untuk menggugah kesadaran masyarakat guna mengembalikan fungsi sungai terus dilakukan. Citarum sebelumnya dijuluki sebagai sungai terkotor sedunia, atau paling tercemar sedunia, masih menyisakan pekerjaan rumah bagi pemerintah dan warga.
Baca Juga: Dansektor 21 Citarum Harum dan BBWS, Tanggapi Air Berwarna Kehitaman di Sungai Cikijing, Begini Penjelasanya
Untuk mencapai target Sungai Citarum yang airnya dapat langsung diminum, masih panjang jalan yang harus dilewati.
Keterlibatan masyarakat dari semua sektor dan kalangan masih sangat diperlukan untuk mengembalikan fungsi sungai.
Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), memiliki perhatian dan kepedulian terhadap masalah lingkungan.
Di bawah program pengabdian kepada masyarakat (abdimas), dilakukan berbagai upaya, kerjasama dan kemitraan untuk mengelola lingkungan terutama sungai.
Tim abdimas Unpar lintas fakultas, terdiri atas Sukawarsini Djelantik, Irawan J. Hartono (FISIP), dan Dr. Elvy Maria Manurung (FE), melakukan edukasi lingkungan melalui pemutaran film dan diskusi.
Baca Juga: Tangani Masalah Sampah, Satgas Citarum Harum dan Kades Bahas Dana CRS
Film-film yang ditayangkan merupakan juara lomba pembuatan film pendek tentang Sungai Citarum yang diadakan oleh tim yang sama pada tahun 2019.