JURNAL SOREANG – Bukan rahasia umum kalau solidaritas masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan terbilang lebih erat jika dibandingkan masyarakat perkotaan.
Hal itu dapat tercermin dalam setiap aktifitas di lingkungan sekitar yang seringkali melibatkan banyak massa yang terlibat guna mensukseskan setiap program yang telah dicanangkan pemerintah setempat.
Seperti halnya masyarakat kampung Salakopi yang terletak di Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Budaya ‘guyub’ atau rukun antar sesama warga desa tidak hanya sebutan belaka bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, akan tetapi mereka mengamalkan makna dari rukun tersebut.
Ada yang menarik dari warga Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Selain dikenal sebagai sentra jahit, Cihampelas juga memiliki paguyuban yang dikenal dengan komunitas Wadah Ngariung Urang Salakopi (Warkop) yang artinya tempat berkumpul warga Salakopi.
"Bodas nyacas cahaya batara surya, reumis janari maseuhan isuk nu nyari sajauh mana urang ngumara, tetep kudu balik tur nyaah ka Salakopi" tutur Fauzi Fauzan Adhima salah satu pendiri Komunitas Warkop.
Begitulah salah satu kutipan Sunda yang menggambarkan kampung Salakopi, dan jika diterjemahkan menjadi: putih bersinar cahaya batara surya, embun membasahi pagi yang berasa sejauh mana kita berkelana, tetap harus pulang dan sayang kepada Salakopi.
Baca Juga: Sawah Pendidikan Bisa Jadi Multifungsi untuk Edukasi dan Wisata