99 Persen Swadaya! Lebih dari 16 Ton Sampah Organik Dapur Bandung Raya Sudah Terolah oleh Pegiat Maggot

28 Oktober 2023, 11:14 WIB
ilustrasi pengolahan sampah organik. 9S Persen Swadaya! Lebih dari 16 Ton Sampah Organik Dapur Bandung Raya Sudah Terolah oleh Pegian Maggot /Portal Bandung Timur/heriyanto/


JURNAL SOREANG - "Sedikit Bicara, Banyak Bekerja", itulah kalimat yang pantas dilontarkan untuk para aktivis peduli pengelolaan sampah yang tergabung dalam Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara di Bandung Raya. Betapa tidak, sedikitnya 16,375 ton sampah organik dapur, bisa mereka olah menjadi ribuan maggot setiap harinya.

Ketua Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara Muhammad Ardhi Elmeidian menegaskan, hal itu menjawab langsung pernyataan Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono yang mendorong semua pihak untuk menunjukkan aksi nyata terkait permasalahan sampah dan lingkungan.

"Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara setidaknya memfasilitasi para pegiat maggot Bandung Raya dengan WhatsApp Grup PPM Bandung Raya terdiri dari 99 peserta. Grup PPM Jawa Barat terdiri dari 211 peserta," tutur Ardhi kepada Jurnal Soreang, Sabtu 28 Oktober 2013.

Baca Juga: 3 Gaya Outfit Korea ala Eonnie untuk Semangat Kerja: Simple, Lucu, dan Cakep!

Selain itu, kata Ardhi, paguyuban tersebut juga memiliki jejaring komunikasi yang kuat di media sosial. Di sana, mereka saling berinteraksi dan membarui informasi setiap kegiatan pengelolaan dan pengolahan sampah organik dapur.

Berdasarkan data internal, Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara di Bandung Raya pada 2022 mencapai jumlah sebagai berikut"

1. 34 orang/kelompok di Kota Bandung yang mengelola dan mengolah sedikitnya 6.856 kilogram sampah organik dapur per hari dengan hasil 771 kilogram maggot per hari.

2. 31 orang/kelompok di Kabupaten Bandung yang mengelola dan mengolah sedikitnya 6.662 kilogram sampah organik dapur per hari, dengan hasil 1.121 kilogram maggot per hari.

3. 10 orang/kelompok di Kota Cimahi yang mengelola dan mengolah sedikitnya 1.039 kilogram sampah organik dapur per hari, dengan hasil 132 kilogram maggot per hari.

4. 18 orang/kelompok di Kabupaten Bandung Barat yang mengelola dan mengolah sedikitnya 1.819 kilogrgam sampah organik dapur per hari , hasil 214 kilogram maggot per hari.

Baca Juga: Peringatan International Animation Day Jatuh pada 28 Oktober, Ini 2 Cara untuk Merayakannya!

"Total ada 16.375 kilogram sampah organik dapur per hari yang terkelola dan terolah. Koleksi data kami bekerja sama dengan Kementerian LHK, Ditjen PSLB3KLHK Ditps.klhk di 29 Provinsi Seluruh Indonesia," tutur Ardhi.

Meskipun demikian, Ardhi mengaku bahwa data tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ia justru khawatir bahwa penurunan itu akibat banyaknya pegiat yang berhenti karena kurangnya perhatian pemerintah.

“Masyarakat sudah bergerak Yang Terhormat Bapak Pejabat Wali Kota Bandung!!!” Angka pengurangan sampah di tahun 2022 bahkan melebihi angka yang disebutkan. Boleh jadi para pegiat maggot ini berhenti dan tidak lagi mengelola sampah organik dapur, tapi banyak yang baru bermunculan seiring dengan darurat sampah Bandung Raya.

Ardhi menegaskan, sejak lama pegiat sebenarnya membutuhkan kerja sama yang baik dengan para pemangku kebijakan agar mendapatkan dukungan dalam berbagai tahapan proses pengelolaan dan pengolahan sampah organik dapur.

Dari mulai suplai, pegiat selama ini memang lebih sering menerima sampah organik dapur dari masyarakat di lokasi pengolahan mereka. Namun tak jarang mereka juga jemput bola dengan mengandalkan biaya transportasi mandiri dan hanya mendapatkan bahan yang bukan hasil dari pemilahan sehingga kandungan airnya tinggi sehingga hasil maggotnya kurang baik.

Baca Juga: Peringatan International Animation Day Jatuh pada 28 Oktober, Ini 2 Cara untuk Merayakannya!

"Idealnya sampah organik dapur didapat dari pasar tradisional, hotel, restoran. Data Dinas Lingkungan Hidup Jabar, menunjukkan tak kurang dari 1.000 ton sampah organik dapur per hari dihasilkan dari kawasan komersial itu," ujar Ardhi.

Selain itu, dukungan lain yang diperlukan adalah bagaimana caranya agar pegiat bisa menjaga kesinambungan dengan bantuan biaya pengolahan, fasilitas sarana dan prasarana yang lebih memadai, hilirisasi maggot yang dihasilkan.

Menurut Ardhi, selama ini sarana dan pra sarana yang digunakan para pegiat, 99 persennya dibiayai secara swadaya dan maggot yang dihasilkan masih belum terdistribusi secara optimal.

Padahal jika menerapkan sistem "Single Stream Wate Management With Farm", pengolahan sampah bisa lebih optimal dan maggot yang dihasilkan bisa tersalurkan ke pertanian, peternakan dan perikanan.

Keseriusan pemerintah, kali ini dituntut dalam pengelolaan sampah, di sisi lain, pegiat mengaku siap jika kapasitas produksi mereka ditingkatkan sampai 300 persen sekalipun. Artinya sedikitnya rata-rata 50 ton sampah organik dapur bisa mereka kelola dan olah setiap hari di kawasan Bandung Raya.

"Bahkan ada beberapa pegiat yang siap meningkatkan kapasitasnya untuk mengelola dan mengolah sampah organik dapur sampai 1 ton per hari. Jika semua didukung dengan baik, bukan tidak mungkin kapasitas bisa terus ditingkatkan sampai 100-500 ton per hari," kata Ardhi.***

Editor: Handri

Tags

Terkini

Terpopuler