Sarling Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Ciamis, Indonesia Maju Tidak Boleh Ada Lagi Stunting

28 Oktober 2022, 08:56 WIB
Sarling Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Ciamis, Indonesia Maju, Tidak Boleh Ada Lagi Stunting /JURNAL SOREANG/IRFAN HQ/

JURNAL SOREANG - Di sela-sela rangkaian kunjungannya pada kegiatan Siaran Keliling (Sarling) di wilayah Ciamis, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyempatkan diri bersilaturahmi dengan ratusan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kawali Kabupaten Ciamis, Rabu, 26 Oktober 2022.

Didampingi Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya,yang juga merupakan Bunda Genre. Kang Emil - sapaan akrab Ridwan Kamil Gubernur memberikan motivasi kepada siswa-siswi yang hadir.

"Kita harus yakin Indonesia tahun 2045 diprediksi menjadi negara hebat, negara adidaya, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Mungkin tahun 2045 saya dan Bu Cinta sudah tua, menjadi lansia. Tapi di 2045 kalianlah tentu yang harus unggul menjadi penerus para pemimpin Indonesia. Jadi ketika kalian semua nanti berusia 40 tahunan, Indonesia sudah menjadi juara dunia, Amiin Yaa Allah," ucap Kang Emil.

Baca Juga: Momen Harganas XXIX Tingkat Jawa Barat, “Ayo Cegah Stunting agar Keluarga Jawa Barat Bebas Stunting

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, lanjut Kang Emil, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar Indonesia menjadi negara maju.

Yang pertama tidak boleh ada lagi kasus stunting, kedua harus paham ekonomi digital dan yang ketiga hindari pertengkaran.

"Agar Indonesia Maju di 2045, syaratnya tidak boleh ada Stunting, setuju?!. Program BKKBN di sini. Stunting itu gagal tumbuh: tinggi badannya rendah, otaknya tidak berkembang, dan itu dimulai dari sejak dalam kehamilan," lanjutnya.

Berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka prevalensi stunting di Jawa Barat, masih berada di atas angka rata-rata nasional. Prevalensi stunting di Jawa Barat tahun 2021 sebesar 24,5%.

Baca Juga: Coba Konsumsi 6 Hal Ini untuk Atasi Sakit Maag Secara Alami saat Hamil, Dijamin Aman untuk Calon Bayi

Sedangkan angka stunting di Kabupaten Ciamis tahun 2021 sebesar 16%. Target prosentase stunting di Jawa Barat dan juga Kabupaten Ciamis pada Tahun 2024 adalah 14%.

Untuk itu, perlu upaya serius bersama dalam mendeteksi risiko stunting. Mulai dari lingkungan terdekat. Jika ditemukan indikasi-indikasi keluarga berisiko stunting,

Ridwan Kamil berharap semua ikut aktif membantu. Terlebih di 2045 nanti, penduduk Indonesia akan didominasi oleh usia produktif. Sehingga para pemuda dan pemudinya harus menjadi mesin negara, bukan jadi beban negara.

"Jadi jika kamu punya tetangga di kampung, di RT nya punya bayi terlihat kurus, segera kamu lapor ke posyandu, lapor ke kepala desanya. Kita bantu dan berantas stunting bersama-sama," pesan Kang Emil, disambut sahutan setuju dari para hadirin yang memenuhi GOR SMANSAKA.

Baca Juga: Simak! Ramalan Shio Tikus, Kerbau, Harimau Hari ini, Jangan Memaksakan Masalah dan Mengubah Siapa Diri Anda

Tidak hanya itu, Ayah GenRe Jawa Barat ini juga menuturkan bahwa generasi muda saat ini selain harus mencegah stunting sejak dari remaja, agar dapat menjemput Indonesia maju di 2045, harus faham ekonomi digital dan menghindari perselisihan.

Selain mengunjungi SMAN 1 Kawali, Tim Sarling Jabar Juara juga mengunjungi tiga tempat berbeda yaitu Pasar Galuh Ciamis, Posyandu Multifungsi Rancamaya Dusun Indrayasa, Desa Kawali, dan PAUD Al-Hidayah.

Di Posyandu Multifungsi Rancamaya, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya yang didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Wahidin beserta seluruh Kepala OPD terkait tingkat Provinsi Jawa Barat meninjau langsung pelayanan di Posyandu, Pelayanan KB Implan dengan 6 akseptor, Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang dikelola oleh pegiat Kampung KB setempat, Bina Keluarga Balita (BKB), praktik baik daur ulang sampah dan beberapa pelayanan lainnya.

Selepas meninjau BKB, Atalia menyampaikan maksud dan tujuannya datang bersama Tim Sarling kali ini sekaligus bertanya jawab dengan para kader dan masyarakat yang hadir di Posyandu Rancamaya mengenai pencegahan stunting.

Baca Juga: Prediksi Cinta Capricorn, Aquarius dan Pisces Hari Ini; Cinta itu Komitmen Romantis, Jujur Langkah Pertama

"Kami hadir bersama para stakeholder adalah agar anak-anak kita tumbuh sehat dan cerdas. Stunting itu harus kita pantau sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau 2 tahun pertama. Dan agar anak-anak kita terhindar dari stunting, kita harus optimalkan pola asuh, pola makan (asupan gizi), dan sanitasi," tutur Atalia.

Pada kesempatan yang sama Atalia juga memberikan atensi khusus terhadap terobosan dan inovasi yang dilakukan di tingkat lokal dalam upaya percepatan penurunan stunting, yang dilakukan di Posyandu Rancamaya, melalui Program "Kancing Baju" (Kader Cegah Stunting Ibu Cerdas Generasi Maju).

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Wahidin, menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Jawa Barat, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat dan juga seluruh pihak yang terlibat dalam menyiapkan Sarling di Kabupaten Ciamis kali ini. Selepas melakukan pembinaan (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) PIK-R di SMAN 1 Kawali, Wahidin menggarisbawahi beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada Sarling Ciamis.

Baca Juga: Bingung Anak Demam, Flu dan Batuk, Berikut Pengobatan Alternatif Selain Parasetamol Sirup

"Hari ini kami Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat turut berpartisipasi aktif pada Sarling Ciamis. Mulai dari titik posyandu dengan Pelayanan KB, Dashat dan BKB. Kami juga berkesempatan menyerahkan bantuan roulette kepada PIK-R SMANSAKA untuk mendukung pembinaan Generasi Berencana di sana. Juga tadi ada kegiatan menarik, para siswa-siswi diajak minum Tablet Tambah Darah (TTD) serentak. Sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting dari hulu, yaitu sejak remaja khususnya, agar terhindar dari Kekurangan Energi Kronis (KEK)," tutup Wahidin.

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).

Khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) serta stunting.***

Editor: Tenang Safari

Sumber: Media Center BKKBN

Tags

Terkini

Terpopuler