Hasto Wardoyo Kepala BKKBN, 3T Penting dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting

- 7 Oktober 2022, 06:00 WIB
Hasto Wardoyo Kepala BKKBN, 3T Penting dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
Hasto Wardoyo Kepala BKKBN, 3T Penting dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting /Jurnal Soreang/Tenang Safari/Media Center BKKBN/

JURNAL SOREANG — Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) Bersama Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin dan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas Kamis, 6 Oktober 2022 menggelar acara Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting.

Acaranya dipusatkan di Istana Wakil Presiden dengan mengundang Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dan ketua kelompok kerja penyuluh agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting, pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam, para penyuluh agama, Da’i, dan Da’iyah.

Baca Juga: Persib Bandung Libur Latihan Tiga Hari, Intip Rencana Marc Klok Yuk!

Kepala BKKBN Dokter Hasto menyebut, keberhasilan bagi sebuah negara bisa diukur melalui Human Capital Index, dimana sebuah negara dikatakan maju jika masyarakat mempunyai umur yang panjang, sehat dan produktif.

Hal tersebut menurut Dokter Hasto, merupakan target bersama untuk mewujudkan generasi unggul bebas stunting berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, dimana target prevalensi stunting Indonesia harus di angka 14% pada 2024 mendatang.

Dokter Hasto menyebut stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh anak-anak akibat kekurangan asupan gizi.

Baca Juga: Rizky Billar Berpeluang Jadi Tersangka Kasus Dugaan KDRT, Polisi Kantongi Dua Alat Bukti

Dampak yang ditimbulkan akibat stunting yakni tinggi badan yang tidak optimal sehingga badan menjadi lebih pendek, kurang cerdas dan pada usia 40 tahun mudah sakit-sakitan karena metabolisme tubuh yang berbeda.

“Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena kita menghadapi bonus demografi dimana usia-usia produktif harus benar-benar produktif dan berkualitas. Bonus demografi hanya sampai antara 2030-2040 sehingga setelah itu ada aging population, sehingga kalau tidak memanfaatkan generasi yang unggul maka kemudian kita tidak mentransfer bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan,” katanya.

Halaman:

Editor: Tenang Safari

Sumber: Media Center BKKBN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x