1000 Perusahaan di AS hingga Toko Kelontong di Swedia, Diretas, Sebelumnya FBI Tuduh REvil sebagai Dalang

Sam
- 5 Juli 2021, 15:42 WIB
Ilustrasi kasus peretasan (Ransomware).
Ilustrasi kasus peretasan (Ransomware). /Reuters/

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Tak Surutkan 267 Warga India Minat Belajar Bahasa Indonesia Secara Virtual

"Pemikiran awalnya bukan pemerintah Rusia tapi kami belum yakin," kata Joe Biden.

Namun dalam hal ini, dia sepenuhnya menyerahkan kepada badan-badan intelijen untuk menentukan siapa yang berada di balik serangan itu.

Joe Biden menambahkan bahwa jika ditemukan bukti-bukti bahwa Rusia berada di balik serang peretasan tersebut, maka pihaknya akan segera melakukan tindakan yang tegas.

Baca Juga: DPR Tuntut Ketegasan Pemerintah Larang WNA Masuk Indonesia Selama PPKM Darurat

"Jika itu dengan sepengetahuan dan/atau konsekuensi dari Rusia, maka saya memberi tahu Putin bahwa kami akan merespons," kata Biden.

Hal itu pun pernah dia ungkapkan sebelumnya saat pembicaraan puncak dengan Presiden Rusia di Jenewa bulan lalu, di mana Biden mengangkat masalah serangan siber.

Sementara itu, berdasarkan hasil penyelidikan sementara diketahui bahwa sistem kerja penyerang ransomware membajak perangkat lunak manajemen teknologi Kaseya yang banyak digunakan oleh perusahaan.

Baca Juga: Bukan Indonesia, Ini 5 Negara yang Berhasil Menangani Pandemi Covid-19 dan Sudah Kembali Normal

Dengan cara demikian, peretas kemudian mengenkripsi file pelanggan untuk melakukan kejahatannya.

Halaman:

Editor: Sam

Sumber: IB Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah