Bukan Brunei Darussalam, Pasangan Muda di Pakistan Minum Racun dan Meninggal Karena Tak Direstui Keluarga

11 November 2021, 14:11 WIB
Bukan Brunei Darussalam, Pasangan Muda di Pakistan Minum Racun dan Meninggal Karena Tak Direstui Keluarga /

JURNAL SOREANG – Sepasang anak muda di distrik timur laut Faisalabad, Pakistan mengakhiri hidup mereka tepat ketika wanita itu akan menikah dengan pria lain pilihan orang tuanya.

Setelah diidentifikasi polisi, pasangan muda asal Pakistan yang bernama Muqaddas dan Adnan ditemukan dalam kondisi kritis pada hari Minggu setelah mereka menelan racun.

Pasangan muda tersebut dilarikan kerumah sakit di wilayah Pakistan dimana mereka dinyatakan meninggal pada saat kedatangan.

Baca Juga: Harga Tes PCR Indonesia Masih Mahal, Ini Perbandingannya dengan Negara-negara Lain

Kejadian tragis tersebut terjadi saat perayaan pernikahan Muqaddas sedang berlangsung, tak lama datang mempelai pria yang telah menjadi kekasihnya, bersama keluarganya.

Menurut polisi, Muqaddas dan Adnan telah jatuh cinta dan berharap untuk menikah satu sama lain, tetapi orang tua Muqaddas menolak hubungan keduanya, dan menikahkan anaknya dengan pria lain.

Dalam budaya tradisional Pakistan, perjodohan antara pasangan adalah hal yang biasa. Beberapa keluarga menetapkan pernikahan antara pasangan berdasarkan beberapa faktor.

Baca Juga: Tubagus Joddy Sopir Vanessa Angel Terancam Hukuman 6 Tahun Penjara, Netizen: Cuma 6 Tahun? Tidak Adil

Seperti kelas, etnis, agama, dan status sosial ekonomi. Namun, pergeseran pola pendidikan dan paparan media di perkotaan dan pedesaan telah menyebabkan anak muda di Pakistan ingin memilih pasangan mereka sendiri.

Meskipun demikian, banyak yang masih dipaksa untuk memenuhi kewajiban keluarga dan harus mengikuti budaya pernikahan tradisional.

Sebuah survey yang dilakukan Gallup Pakistan pada 2019, 85 persen orang Pakistan dilaporkan telah bertemu pasangan mereka melalui perjodohan.

Baca Juga: Ditetapkan Menjadi Tersangka, Tubagus Joddy yang Merupakan Sopir Vanessa Angel Terancam 6 Tahun Penjara

Sementara hanya 5 persen yang dilaporkan menikah karena cinta. “Seharusnya pernikahan membutuhkan kecocokan emosional, dan merupakan hal yang sangat mendasar yang merupakan hak setiap orang” kata Abdul Wahab Yousafzai, psikiater Islamabad.

Ia juga menambahkan bahwa sepasang calon suami istri harus saling menyukai satu sama lain “Anda akan menemukan bahwa pernikahan di masyarakat kita sendiri merupakan faktor risiko kesehatan mental yang buruk” katanya kepada vice world news.

Pada tahun 2016, kasus serupa juga terjadi dimana pasangan muda mengakhiri hidup mereka dengan menelan racun di kota Sargodha, setelah hubungan keduanya ditolak orang tua.

Baca Juga: Kementerian PUPR Bantah Bahwa Jalan Tol di Indonesia Tidak Aman dan Berikan Imbauan Seperti Ini

Kemudian pada tahun 2017 , di kota Gujranwala, pasangan muda yang belum menikah melompat didepan kereta yang berjalan.

Menurut Yousafzai, cerita fiksi seperti Romeo dan Juliet dan cerita rakyat Pakistan seperti Heer Ranjha ditambah dengan liputan media yang sensasional dan sederhana tentang bunuh diri dapat meningkatkan kerentanan di kalangan anak muda yang sangat mudah terpengaruh.

Apalagi sejak awal pandemi Covid-19, lockdown yang berkepanjangan, meningkatnya pengangguran, dan kesulitan keuangan telah dikaitkan dengan meningkatnya kasus bunuh diri di Pakistan.

Baca Juga: Mau Turunkan Berat Badan dalam Seminggu? Ikuti Tantangan dari dr. Zaidul Akbar Ini

Pada tahun 2020, komisi Hak Asasi Manusia Pakistan mendokumentasikan 1.735 kematian karena bunuh diri.

Bunuh diri tetap menjadi kejahatan di negara Pakistan. Orang yang selamat dari upaya bunuh diri dapat dihukum dengan denda dan bisa dipenjara.***

Editor: Handri

Sumber: VICE

Tags

Terkini

Terpopuler