Bukan Palestina, Ternyata Ini Negara yang Pertama Kali Mengakui Kemerdekaan Indonesia

26 Mei 2021, 16:50 WIB
Bangunan piramida dan Spinx hasil peradaban Mesir. Ternyata Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia bukan Palestina seperti anggapan warga selama ini.* /Pixabay.com/Cesar Salazar

JURNAL SOREANG – Beredar kabar di masyarakat luas, Palestina adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Ternyata hal tersebut sama sekali tidak benar.

Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia yaitu Mesir, bukanlah Palestina. Lantas, mengapa banyak muncul pendapat kalau Palestina adalah negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia untuk kali pertama?

Dilansir Jurnal Soreang dari akun Instagram @differensia.co, anggapan Palestina sebagai negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia bermula dari ucapan selamat seorang Mufti Agung Yerussalem.

Baca Juga: Ini Solusi Permanen Konflik Palestina dan Israel Menurut Ustaz Anis Matta

Mufti Agung tersebut bernama Syekh Muhammad Amin Al-Husseini. Ucapan tersebut berawal, ketika Perdana Menteri Jepang Kaiso pada September 1944, berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu dekat.

Pada saat itulah, Syekh Muhammad Amin Al-Husseini yang sedang berada di Berlin (Jerman), memberikan ucapan selamat kepada Indonesia melalui siaran radio. Ucapan selamat tersebut disampaikan dengan bahasa Arab selama dua hari berturut-turut pada 1944.

Peristiwa itulah yang dikemudian hari dan bahkan hingga saat ini, menjadi klaim bahwa Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ucapan selamat dari Syekh Muhammad Amin Al-Husseini, diketahui bukanlah pengakuan kedaulatan Indonesia secara sah. Melainkan hanya sekadar dukungan kepada Indonesia.

Baca Juga: Tampil Beda! Via Vallen Jadi Lebih Islami, Warganet: Lebih Cantik Berhijab!

Adapun Mesir, mengakui kemerdekaan Indonesia tepat pada 22 Maret 1946. Hal tersebut menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan kedaulatan ini berawal dari kuatnya dukungan dari rakyat Mesir kepada Indonesia. Pada saat itu, selama berhari-hari media massa dari Timur Tengah selalu menampilkan pernyataan dari partai politik serta ormas setempat yang mencela sikap Belanda.

Di dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, ada sebuah penilaian mereka terhadap Belanda yang bertuliskan “Belanda tidak berperikemanusiaan” yang di tulis oleh M Zein Hassan Lc.

Baca Juga: Selain Indonesia, Berikut 12 Negara yang Melarang Simbol Komunis, Salah Satunya Korea Selatan

Kalimat, "Lebih baik menderita kelaparan daripada mengkhianati Tanah Air dan bangsa," menggaung di seantero Mesir. Sebab pada saat itu, Belanda masih saja membayangi Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Namun pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir ini, tak serta-merta berjalan dengan mulus tanpa ada suatu halangan. Aksi demonstrasi besar-besaran sempat digelar oleh pemuda serta mahasiswa di Mesir.

Pada akhirnya, demo ini berhasil mendesak Kedutaan Besar Belanda di Kairo dan mereka menjadi merasa terancam. Kemudian pada 22 Maret 1946, Sekretaris Jenderal Keamanan setempat yaitu Kamil Abdurahim Bey, memanggil perwakilan Indonesia yang bertanggung jawab pada WNI di Mesir, yakni Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Meski Sudah Gencatan Senjata, Menteri Luar Negeri Palestina Tidak Menjamin Israel Mau Berdamai

Pernyataan Kamil Abdurahim Bey ini berarti tiga hal. Pertama, pengakuan de facto kebebasan warga Indonesia di luar negeri dari 'perwalian' Belanda. Kedua, Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia de facto Perwakilan RI untuk sementara itu. Ketiga, pengakuan de facto kedaulatan RI atas Indonesia.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Instagram

Tags

Terkini

Terpopuler