38.000 Warga Palestina di Gaza Terpaksa Mengungsi: Kami Butuh Makanan dan Selimut

18 Mei 2021, 11:44 WIB
Potret Wanita Gaza yang rumahnya hancur akibat serangan Israel. /Reuters/Suhaib Salem

JURNAL SOREANG - Agresi militer yang dilakukan Israel di Gaza membuat puluhan ribu warga Palestina harus mengungsi.

Menurut PBB, lebih dari 38.000 warga palestina di Gaza terpaksa mengungsi, dan mencari tempat berlindung di 48 sekolah UNRWA di seluruh wilayah pesisir.

2.500 diantaranya adalah warga Palestina yang rumahnya hancur total akibat serangan bom pasukan Israel.

Baca Juga: 6,5 Juta Masyarakat Indonesia Akses Konten Digital Artikel Ilmiah di Perpusnas yang Kini Berusia 41 Tahun

Dalam sebuah pernyataan singkat pada hari Senin, 17 Mei 2021, juru bicara UNRWA Adnan Abu Hassan mengatakan, pihaknya telah mulai menyediakan kebutuhan dasar bagi warga Palestina di tempat pengungsian.

Meski demikian, masih ada beberapa keluarga Palestina yang kekurangan kebutuhan pokok. Salah satunya Suheir al-Arbeed, seorang ibu dengan bayinya yang masih berusia dua Minggu.

Dilansir Jurnal Soreang dari Al Jazeera pada Selasa 18 Mei 2021, al-Arbeed mengaku masih membutuhkan banyak kebutuhan pokok untuk keenam anaknya.

Baca Juga: Tentara Muslim Israel ini Sebut Hamas Organisasi Teroris yang Korbankan Warga Palestina

"Kita membutuhkan makanan, pakaian, selimut, kasur dan susu. Punggungku sakit karena tidur di selimut tipis di lantai," tutur al-Abreed.

Kelima lima anaknya yang lain terlihat mondar-mandir, mendaftarkan kebutuhan dasar mereka yang kurang kepada pihak tenaga bantuan di lokasi pengungsian.

Hal serupa juga dialami Majda Abu Karesh, seorang ibu dari tujuh anak yang rumahnya di Beit Lahia hancur karena bom Israel.

Baca Juga: Waspada, Hujan Lebat Disertau Kilat Berpotensi Terjadi di Sebagian Indonesia

Karesh mengatakan bahwa keluarganya saatbini itu harus mencari makan sendiri berkenaan dengan kebutuhan pokok.

"Ini adalah perang keempat yang harus kami lakukan untuk mencari perlindungan di sekolah," katanya.

"Sudah lima hari kami tidur di lantai yang kosong, dan kami belum mendapat makanan atau persediaan apa pun dari UNRWA. Bahkan tidak ada air minum yang bersih, dan toilet berantakan." sambungnya.

Baca Juga: Ikatan Cinta Selasa 18 Mei 2021: Nino Selidiki Ayah Biologis Reyna, Al Minta Nino Menjauh

Tak berbeda jauh dengan Majda Abu Kares, seorang pria bernama Shaher Barda dan keluarganya juga terpaksa meninggalkan rumahnya dengan hanya pakaian di tubuh mereka,

Tidak ada uang atau barang yang bisa mereka bawa dari rumah karena serangan Israel terjadi sangat mendadak.

Barda mengatakan bahwa pihak badan pengungsian seolah kurang peduli dengan situasi yang tengah dialami para pengungsi.

Baca Juga: Kehancuran Israel dan Bangsa Yahudi Telah Dijamin Allah SWT, Tinggal Menunggu Waktunya Tiba

Setiap harinya, Barda dan para pengungsi lainnya hari harus membayar sebesar 1 shekel atau Rp4.400 hanya untuk membeli air minum.

"Kami berkumpul, dan setiap orang membayar 1 syekel ($0.30) agar kami dapat membeli cukup air," ungkap Barda.

"Kami tidak berada di sini karena pilihan, tetapi karena rumah kami bukanlah tempat perlindungan (yang aman) bom dan tidak seorang pun akan selamat dari serangan israel yang gila itu." pungkasnya.

Baca Juga: Kehancuran Israel dan Bangsa Yahudi Telah Dijamin Allah SWT, Tinggal Menunggu Waktunya Tiba

Terkait serangan bom, seorang jurubicara tentara israel pada hari Jumat mengakui meningkatnya intensitas pemboman dan penembakan.

Sebanyak 160 pesawat tempur, dengan sekitar 450 misil dan peluru telah dikerahkan untuk menyerang 150 target wilayah dalam waktu 40 menit.

Jurubicara itu mengatakan bahwa tentara Isreal tengah mengincar jaringan terowongan bawah tanah yang digunakan Hamas.

Akan tetapi banyak orang yang tinggal di kawasan itu membantah adanya terowongan Hamas. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak melihat satu pun pejuang di sana.***

Editor: Handri

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler