Muslim Rohingya Mendadak Bersuka Cita Setelah Mengetahui Hal Ini

3 Februari 2021, 17:50 WIB
Ilustrasi migran Muslim Rohingya.* /.*/Doc Antara

JURNAL SOREANG - Beberapa waktu lalu, Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi ditahan kelompok junta militer.

Penahanan ini pun disambut suka cita etnis Muslim Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh yang dibantai brutal tiga tahun yang lalu.

Informasi terkait penahanan Aung San Suu Kyi cepat menyebar di seluruh kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh. Dimana kamp ini menampung sebanyak 1 juta pengungsi.

Baca Juga: Duh, Penampilan Andin dan Aldebaran di Acara TikTok Awards 2020 Bikin Baper Penggemarnya

Aung San Suu Kyi sendiri oleh para pengungsi dianggap aktor dibalik pembantaian brutal terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar pada 2017 lalu yang disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan kejahatan Genosida.

Akibatnya 740.000 etnis Rohingya mengungsi ke negara tetangga untuk menyelamatkan hidup mereka.

"Dia adalah alasan di balik semua penderitaan kami. Mengapa kita tidak merayakannya?," kata Farid Ullah yang merupakan pemimpin kamp pengungsian Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dalam artikelnya "Muslim Rohingya Rayakan Penahanan Aung San Suu Kyi dengan Suka Cita", dari Free Malaysia Today.

Baca Juga: Ini Langkah Menparekraf Sandiaga Uno untuk Bangkitkan Pariwisata, Saung Angklung Udjo Juga Dibantu

Sementara itu, Mohammad Yusuf yang merupakan seorang pemimpin kamp pengungsian Balukhali, mengatakan dirinya pantas mendapatkan.

hukuman tersebut karena telah melakukan kejahatan genosida pada etnis Rohingya.

"Dia adalah harapan terakhir kami, tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya," katanya.

Baca Juga: Manajemen Sinetron Ikatan Cinta Didenda Rp20 Juta, Kerumunan Massa Saat Syuting

Beberapa orang Rohingya telah mengadakan acara syukuran doa untuk menyambut penahanan Aung San Suu Kyi yang mereka sebut dengan "keadilan" yang diberikan kepada pemenang hadiah Nobel perdamaian, kata Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp Nayapara.

"Jika otoritas kamp mengizinkannya, Anda akan melihat ribuan Rohingya keluar dalam pawai perayaan," kata Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp pengungsian Nayapara.

Maung Kyaw Min, juru bicara Serikat Mahasiswa Rohingya yang berpengaruh, mengatakan sekarang ada peningkatan harapan bahwa etnis Rohingya untuk dapat kembali ke kampung halaman mereka di Myanmar.

Baca Juga: Dua Episode Terakhir True Beauty, Ungkap Tabir Romansa Lim Ju Gyeong, Lee Su Ho dan Han Seo Jun

"Tidak seperti pemerintah terpilih, militer (pemerintah) ini akan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Jadi kami berharap mereka fokus pada isu Rohingya untuk mengurangi tekanan internasional," katanya.

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan mereka akan meningkatkan pemantauan di perbatasan antar kedua negara jika ada masuknya baru pengungsi Rohingya di tengah situasi Myanmar sedang bergejolak saat ini.

Bangladesh telah mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar "proses demokrasi" ditegakkan di Myanmar.

Baca Juga: DPR Minta Pembayaran Pesangon Mantan Karyawan BUMN Ini Diselesaikan Cepat, Terkatung-katung Tujuh Tahun

Diketahui, Aung San Suu Kyi merupakan pemimpin de facto Myanmar pada saat pembantain etnis terjadi di Rakhine.

Pada 2019 lalu, dirinya membela militer Myanmar di Pengadilan Pidana Internasional (ICC) yang menuntut kejahatan genosida yang dilakukan militer terhadap Rohingya, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.*** (Rivan Muhammad/Pikiranrakyat-Bekasi.com)

Editor: Sam

Sumber: Pikiran-rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler